Selasa, 20 Desember 2011

Keceriaan kunang-kuang

Setelah menjalani dua hari dan tiga malam kegiatan resmi bertemakan ‘summit’ yang diluar ekspektasi, keceriaan itu pun berlanjut, setelah acara yls di tutup sambil menunggu angkot yang membawa kami ke simpang dimana bus menuju jakarta (karena kami di bogor), mulailah kunang-kunang ini bertingkah. Mulai dari balas-balasan serta adu gombalisme, adu garing hingga saling ejek-mengejek yang mengundang tawa besar bak bom bali II. Dan tawa itu berlanjut ketika kami sudah berada di dalam angkot bahkan tawa tersebut makin parah ketika kami berada dalam bus. Perjalanan dari bogor ke Jakarta yang menghabiskan waktu sekitar 3 jam terasa sangat singkat, ulah parah aktifis berbagai pergerakan ini menyatu padu ketika berbicara tentang keceriaan. Mereka menawarkan games tipu daya (permainan kata dan gerak), nyanyian sumbang, cerita ga nyambung sampai tingkah laku janggal yang kesemuanya lagi-lagi membuat otot-otot pipi sakit dibuat, karena harus tertawa.
Di Jakarta kami menumpang di rumah bunda Tatty, seorang Pembina kunang-kunang seluruh Indonesia, ya.. ia seorang pendiri sekaligus penasehat Forum Indonesia Muda. Tak ayal, jika ada kunang-kunang dari seluruh Indonesia boleh datang dan menginap di rumah ini, dan kamipun tak hanya numpang istirahat, termasuk menumpang makan, bersih-bersih hingga menumpang ketawa. Malam tersebut, ketika otot sudah member sinyal utk di offkan, ketika pipi kesakitan, ketika mata sayu, namun bukan namanya aktifis kalau tidur cepat, bukan namanya kunang-kunang kalau ngumpul ga heboh. Ya.. malam semakin larut tapi kami tetap terjaga, bermain warewolf, sebuah permainan karakter serta kecerdasan dalam menebak isyarat kata serta tingkah laku, yang menghanyutkan kami hingga tengah malam “stay wake up, until drop”, begitulah kira-kira.
Kagum, itulah kata yang menjadi kesimpulan ketika berinteraksi dengan keluarga bunda Tatty. Mereka melaksanakan shalat tepat waktu serta berjamaah, dan setiap tamu muslim yang datang wajib mengimami minimal di salah satu shalat wajib. Walaupun kami tidur tengah malam, namun subuh berjamaah, dan setelahnya jarang ada yang tidur. Suami bunda Tatty yaitu Pak Elmier, ternyata ia ceo dari sebuah perusahaan, hal itu Nampak dari jam kantor pak elmir yang ia tentukan sendiri, kadang-kadang berangkat jam 9, 10 atau jam 11. Wuiihh.. jadi terhindar dari kemacetan. Keluarga inipun tak kalah romantis, terpampang foto-foto bahagia mereka di dinding ruang tamu, di ruang tersebut juga terdapat sebuah piano, dan pernah di suatu pagi bunda dan pak elmir memainkan piano bersama sambil menyanyikan sebuah lagu romantic.. ah alangkah syahdunya, bak pengantin baru, aseli…irrriiii…
Kebiasaan backpackers adalah malam begadang dan siang jalan-jalan, itulah yang kami lestarikan. Ketika semuanya sudah berkemas, melangkahlah kami untuk pamitan, tapi mbak jetc salah satu putri pemilik rumah tersebut bertanya kami khususnya dari Aceh, apakah bisa tari saman, “tolong ajari dong anak2 FIM, mereka ada FIM TA (traditional art), tapi pelatih samannya gada”, langsung ku iyakan dengan anggapan bahwa saman=likok pulo dan liriknya memang sudah terposting di blog ini, jadi tinggal buka lewat browser di hp. Rencana latihan narinya adalah malam kamis dan dilanjutkan kamis pagi,karena pada saat itu adalah hari senin, dan kami ingin mengunjungi beberapa kerabat sehingga baru bisa kembali rabu malam, pun tiket kami ke aceh sudah terboking kamis sore, jadi klop.

Sebelum berangkat kami diberi wejangan dari pak elmier, bak sarapan pagi bagi nutrisi wawasan kebangsaan, pak elmier bercerita mulai dari kenapa papua ingin merdeka diikuti bali, tentang aktifis mahasiswa UI, hingga bunda Tatty menambahnya dengan cerita kunjungan ke Aceh sampai harus di tawan di daerah Lamno. Kami duduk manis mendengarkan aksi nyata dua pendekar pemilik rumah tersebut, tidak disangka, rupanya hampir semua daerah di nusantara sudah dikunjungi oleh pasangan ini.
Rencana tiba di UI sekitar jam 9 pagi, berkat siraman materi kami tiba di kampus tersebut tepat ketika azan zuhur berkumandang, tak enak rasanya melihat muka sahabatku amalia, fajri, myta sudah menunggu dari pagi. Namun wajah senyum mereka menyambut kedatangan kami di Mesjid Ukhuwah Islamiah (UI). Keceriaan pun berlanjut mulai dari makan di warung sekitaran UI, sehingga pemilik warung marah-marah mendengar lengkingan suara ketawa kami, hingga ke kubah emas daerah depok. Malam itu kami singgah di rumah fajrie, dan  demam warewolf pun kumat, sehingga walaupun badan rasanya harus di baringkan tapi berhubung kesempatan langka, malam-malam pun menjadi saksi permainan seru sekaligus mengasah insting tersebut.
Hari berganti dan pertualangan terus dilanjutkan, kami mengunjungi kerabat Doni yang  ia kenal ketika mengikuti pelayaran kebangsaan. Wawan namanya, rupanya ia keluarga berdarah Aceh, orang tuanya dari aceh, tinggal di Lampulo dan Geuce. Langsung kami disambut dengan kehangatan, dan ketika ibunda wawan pulang kami langsung berbincang menggunakan bahasa Aceh, mencoba membahas kondisi lalu dan sekarang, dan malampun ditutup dengan beristirahat di kasur rumah bang wawan. Ketika matahari menyapa, perjalanan selanjutnya adalah menuju kota tua, ah.. lagi-lagi, ulah para kunang-kunang yang loncat kegirangan dan camera pun menangkap gerak mereka, hingga terjadilah kenangan itu. Tala, mahasiswa Undip asli Tanggerang pun ikut bergabung karena sepulang dari keluyuran di museum wayang, Fatahillah, Bank Mandiri kami kembali menuju rumah Bunda Tatty. Tala, bang wawan serta alumni FIM lainnya pun ikut bergabung berlatih tari bersama.
Walaupun latihan Saman cukup menguras energy, sahabat-sahabat ku ini seperti punya kantong energy tambahan, kami lanjutkan dengan warewolf dan permainan jenaka lainnya, sampai mata ini tak sanggup untuk terjaga lagi karena waktu sudah menunjukkan jam 2 pagi, subuh pun menyapa dan pak elmier sebelum berangkat ke kantornya pun mengajak kami bermain wwan (warewolf) lagi, wuiihh… demam ww yang tak kunjung usai. Jika pembaca heran kenapa games ww begitu favorit dalam cerita ini, saya akan mengajarkan permainannya kepada anda, dan saya yakin jika anda cerdas pasti akan ketagihan, haha
Waktu untuk pamitan pun tiba, setelah berjalan bersama menggunakan jasa bus way, tibalah kami di station gambir tepat berseblahan dengan monument nasional. Lambaian tangan mengiringi keberangkatan bus kami ke bandara. Tergoreslah sudah semua kenangan itu, yang memenuhi memory perjalanan kali ini. Memang tidak semua kenangan tertulis indah dalam artikel ini, cukup menjadi memory kaya rasa dan makna dalam benak kami masing-masing.
Sahabat, terima kasih atas kenangan itu, terutama sahabatku yang menjadi tuan rumah dalam kunjungan kali ini, fajrie, wawan, amalia dan tala, senang kami bisa merepotkan kalian. kisah kecerian ini tersimpan dalam memory terbaik, dalam kisah para pemuda pemikir bangsa namun keceriaannya dapat menghilangkan duka. Teruslah konsisten shahabat, karena harapan Indonesia ada pada teguh pendiriannya kita, kebersihan niat perjuangan dan kesungguh-sungguhan pengorbanan kita.

2 komentar:

hebadaragema mengatakan...

Kemudian kebiasaan menncolek-colek tangan dengan telunjuk kiri tanda kekrik-krikan omongan...
liburan yang menyegarkan otak bang

Taufiq M.Isa mengatakan...

syukran ya mal udah jadi tuan rumah, senang kami bisa merepotkan kalian.. hehe