Sabtu, 27 November 2010

Internship in Academia Sinica Taiwan, “Engaged with Global Community”


July 25th is my First time to see the sunrise in Formosa (Taiwan) land. I was in Taiwan for internship, starts from July to September 2010 in Research Center for Information Technology Innovation Academia Sinica Taiwan. This program is a part of cooperation between Academia Sinica and Mathematics Department, Syiah Kuala University. Every year start from 2009, 2 students will send to Taiwan to learn open source.
My first in the internship was memorable. In early morning I walked from my apartment to my office. Step foot on that morning much faster and enjoyable. I felt different on that morning, the spirit and my body condition is better than before. I walked like a teenager in Taiwan that runs with an upbeat style while listening to music with headset from my mobile phone. Indeed, the atmosphere that morning was not so oppressive because the streets wet with rain that came down, but the sweat still poured. Walked from my apartment to my office make me become more healthy and fit. I had to hurry, because I should get to the office on time. The day that I arrived in Taipei, Mr. Marr (my advisor in Taiwan) gave map to me, the map that show the direction where is my office.
Apparently here every vehicle running on the right, so I feel a little weird but fun.
After walking for 25 minutes, I arrived at the Information Science Institute building. The map showed the building is the place where I would intern. When the main doors opened automatically I asked the officer at the front desk what floor is for intern students.
That day I met lots of Taiwanese friends, because many researchers at the building said hello and we exchanged business cards. Tim is my mentor. He guided me during the internship. My first task is to learn about Media Wiki. They gave me a week's time to learn about Media Wiki, ranging from installation and modification. But in the afternoon I completed all of my tasks and Tim was very surprised and he confused what should I do next.
Internship in Taiwan is impressive. I had to adapt to new neighborhood. Actually the adaptation process was quite impressive. Tried to get used to with new habit and get used to new neighborhood where not all could run smoothly as I think and unexpected incident sometimes happen. I looked for the answer to make the condition remains stable. It wasn’t easy to get through all this, but I feel the power that was always pushed and watched me one of them is the power of prayer from my parents.

Minggu, 10 Oktober 2010

Membidik Universitas di Taiwan


Pada sabtu 09 Oktober 2010 kemarin digelar pameran perguruan tinggi di Taiwan. Bertempat di Academic Activity Center Dayan Dawood Universitas Syiah Kuala Aceh, Indonesia. Rombongan yang terdiri dari sekitar 88 orang ini berasal dari 38 universitas top di Taiwan. Mereka datang ke Aceh untuk mempromosikan universitas di Taiwan kepada rakyat Aceh. Tak luput juga ikut dalam rombongan Menteri Pendidikan Taiwan dan juga dari Elite Study In Taiwan (ESIT).
Acara yang dibuka langsung oleh Sekretaris Pemerintah Aceh ini dikunjungi oleh masyarakat Aceh yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, dosen dan masyarakat umum. Pameran yang diadakan hanya satu hari ini dikunjungi oleh ribuan rakyat aceh. Rakyat Aceh sangat antusias mengikuti pameran ini. Pengamatan dari penulis hingga pukul dua siang hampir seluruh brosur yang ada di stan-stan universitas habis diboyong oleh pengunjung. Kebanyakan dari pengunjung menanyakan tentang program yang ditawarkan di setiap universitas serta beasiswa yang disediakan oleh universitas atau pemerintah. Bahkan ada seorang bapak yang datang ke salah satu stan universitas berkata “saya menanyakan informasi ini bukan untuk saya, tapi untuk anak saya yang tidak bisa datang kesini”.
Kebanyakan dari pengunjung yang merupakan akademisi seperti dosen ataupun mahasiswa rata-rata sudah membidik satu universitas di Taiwan sebagai tempat untuk melanjutkan studinya, mereka memilih berdasarkan keunggulan universitas di bidang yang digeluti ataupun berdasarkan beasiswa yang di tawarkan ada juga yang memilih berdasarkan jumlah mahasiswa Indonesia yang ada di universitas tersebut. Namun, ada yang kurang dari kehadiran universitas-universitas dari Taiwan yaitu ketidak hadrian National Taiwan University Science and Technology (NTUST). Memang sebagian dari mahasiswa Aceh sudah membidik universitas ini sebagai tempat melanjutkan S2 atau S3 dan mereka menanyakan ketidak hadiran NTUST dalam pameran kali ini, mungkin di NTUST sudah terlalu banyak mahasiswa Indonesianya bahkan Aceh sehingga rakyat Aceh dapat memilih universitas lainnya yang tak kalah bagusnya.

Taiwan Higher Education Fair 2010


On Saturday 09 September 2010 The Taiwan Higher Education Fair 2010 was held. Located at the Academic Activity Center, Dayan Dawood Syiah Kuala University in Aceh, Indonesia. About 88 Taiwanese representatives from 38 top universities in Taiwan include The Ministry of education of Taiwan and also from the Elite Study in Taiwan (ESIT) came to Aceh to promote the university in Taiwan to the Aceh people.
The event was opened by the Secretary of the Government of Aceh. The exhibition visited by people of Aceh consisting of students, university students, lecturers and the civil society. The exhibition was held just one day and visited by thousands of people of Aceh. The visitors were enthusiastic to visit the exhibition. Until two o'clock almost the entire brochures in the university stands run out, the visitors brought it as much as they could. Most of the visitors asked about the programs offered at each university and also about scholarships provided by universities or local government. There was a father who came to one of the university stand and said "I am asking this information is not for me but for my child who could not come here."
Most of the visitors that came from university in Aceh such as lecturers or students, they already had a target which one of the university in Taiwan will be the place to continue their studies, they choose based on the field that they are focus on or based on the scholarship that offered by the university or based on the number of Indonesian students that studying in the university. However, all of the universities attract the visitors, seems like the visitors want to study in every university in Taiwan.

Jumat, 24 September 2010

Wo Moslem Taiwan Ren


Setelah menghabiskan waktu dua bulan explore Taiwan, banyak sangat tempat-tempat yang menjadi referensi agar di kunjungi. Penulis bersemangat sekali menulis tulisan ini berdasarkan permintaan abang-abang yang ingin mengeksplore Taiwan, khususnya Taipei. Semoga menjadi penyemangat bagi penulis sendiri agar berjuang untuk kembali mengeksplore bumi Formosa. Ini dia penjelasannya :
1. Mesjid
Di Taipei terdapat dua mesjid, yaitu mesjid besar dan mesjid kecil. Di dekat kedua mesjid tersebut terdapat warung indo, anda bisa berbelanja apa saja di warung indo tersebut, mulai dari nasi goreng, sabun atau bahkan menukar uang. Berikut navigasi menuju mesjid :
a. Mesjid besar
-> Naik MRT jalur hijau menuju Xindian turun di station Guting keluar dari exit 3, jalan lurus sampai bertemu persimpangan, trus naik bus 15 dan turun di Wenzhou dilanjutkan dengan jalan kaki menuju Daan Park. Di depan Daan Park ada Mesjid besar.
-> Naik MRT jalur biru menuju Nangang turun di station Zhongxiao Xinsheng keluar dari exit 3 (ragu dikit, coba dicek btul ga? Hehehe) trus dilanjutin dengan bus 642, 643 atau 290 menuju Daan Park.
-> Dari Main station kluar dari M14 (city underground mall) naek bus 15 turun di Wenzhou, jalan dikit menuju Daan Park.
b. Mesjid kecil
-> Naik MRT jalur hijau menuju Xindian turun di station Taipower Building keluar dari exit 1, jalan lurus sekitar 100 meter sampai bertemu toko Indo Sakura trus belok, Mesjidnya ada di belakan toko Sakura.
2. Kantor Dagang Ekonomi Indonesia (KDEI)
Kedutaannya Indonesia di Taiwan. Stiap warga indo yang ke Taiwan wajib untuk tau tempat ini, minimal untuk minta ongkos pulang ke kampung halaman. Hehe..
-> Naik MRT jalur coklat menuju Taipei Nanggang Exihibition Center, turun di station Xihu, langsung menuju ke gedung HSBC. (Tanya aja ke orang sekitar gedung HSBC ke arah mana. Hehehe) KDEInya kalau ga salah ada di lantai 6.
3. Taipei 101
Ini dia trademarknya Taiwan, gak sah kalau ke Taiwan belum ke tempat yang satu ini. Katanya gedung tertinggi kedua di dunia, tapi dilengkapi dengan teknologi tercanggih di dunia yaitu liftnya yang super cepat. Bayangkan aja dari lantai 5 ke lantai 89 sekitar 40 detik, wuiiss.. cepat banget. Dari atas Nampak smua tu pemandangan Taipei dan kota sekitarnya, kalau ga hujan kita bisa keluar dan bisa melihat dari outsite observatory. Di bawahnya juga ada mall, tapi barangnya berat di kantong. Hehehe. Jam terakhir masuk adalah pukul 9.15 malam. Ne dia navigasi ke Taipei 101
-> Naik MRT jalur biru menuju Nangang turun di station Taipei City Hall trus dilanjutkan dengan bus Blue 5, 266, 537, dan 669 turun di Taipei 101. Ada juga bus gratisnya yang khusus berangkat dari MRT station ke Taipei 101.

Kamis, 23 September 2010

Partnership between Aceh and Taiwan Community


Aceh is a special territory of Indonesia. Its current official name is Nanggroe Aceh Darussalam. Past spellings of its name include Acheh, Atjeh and Achin. Aceh is a province in the corner of Sumatra Island, lay on equatorial line, the area is 57.365.57 km2 with tropical climate. The area included 119 islands, 35 mounts, 73 rivers. Aceh has 21 Regencies, 228 sub districts, 5947 villages with 4.297.485 people.
Syiah Kuala University is the best University in Aceh. Syiah Kuala University consist of nine faculties, they are Mathematics and Natural Sciences, Medical, Animal Study, Engineering, Social and Political, Economical, Agricultural, Law, and Education. In Education Faculty they produce teachers and then send them to rural area in Aceh Province.
In December 26, 2004 Tsunami and earth quake hit Aceh. At that time more than 160.000 people dead/lost, 500.000 lost their home, about 2.000 schools were damaged, About 2.500 teachers died, Only 45.000 students left from 72.000 students. In Syiah Kuala University 111 lecturers died/lost, includes 3 profesors and 5 Doktor, 72 admin lost, 522 students of Unsyiah died/lost More than 8 hospitals damaged or destroyed, 114 health center or klinik were destroyed. 3.000 km streets couldn’t be used, 14 from 19 harbours were highly damaged, 120 main bridges were destroyed, 15.000 espoused briges were damaged, and 8 from 10 airports were damaged.
Immediately aids from Taiwanese came just after Tsunami and earth quake hit Aceh. The aids almost 200 tons includes food, clothes and daily needs and Taiwanese also builds many buildings and houses. The aids still continue till now and total of the aids more than 50 million US Dollar.
The biggest aids for Syiah kuala University is ICT buildings. The building is use for development ICT in Aceh, also becomes the place to teach computer for teachers. It cost 2 million US Dollars. The aids also come from ADOC, they give 20 computers and 20 laptops.

Niatkanlah karena Allah..

“Akhi... bumi itu luas dan lautan itu dalam, namun jauh lebih luas dan dalam lagi ilmu Allah. Maka jangan pikirkan dimana engkau akan menuntut ilmu, tapi atas niat apa engkau menuntut ilmu itu. Menuntut ilmu itu bukan masalah di luar negeri atau tidak, di universitas bergengsi atau bukan... apalagi karena ingin jalan-jalan... tapi bagaimana dengan ilmu yang antum miliki nantinya antum bermanfaat bagi orang banyak, bagi negara ini, dan bagi dakwah akhi. Sudah banyak contohnya bukan, sosok-sosok luar biasa yang mampu menggoreskan sejarah dunia secara gilang gemilang meski mereka bukan lulusan universitas ternama. Bahkan Tafsir Fii Zilalil Qur’an-nya Sayid Quthb yang mahsyur itu, atau Tafsir Al Azhar-nya Hamka yang terkenal itu dilahirkan saat mereka berada dalam tahanan penjara, yang kalau secara logika tentunya akan sangat sulit mendapatkan referensi dari dunia luar. Tapi antum jangan lupa akhi... bahwa ilmu itu milik Allah. Ia-lah referensi terbaik. …Maka niatkanlah karena Allah. Insya Allah, Allah akan memudahkan bagi antum hal-hal yang bahkan tak akan pernah antum bayangkan bisa antum lakukan...”


Terima kasih pada akh Danang A. Prabowo atas postingannya, mohon izin untuk di paste di sini, semoga diri ini selalu memperbaiki niat dalam memulai aktifitas..

Minggu, 19 September 2010

Bersihkan niat dalam menuntut ilmu

Saya teringat dengan perkataan Imam Syafi’I yang mengadukan kesusahannya dalam menghafal. Dan inilah nasihat yang menyejukkan hati dari sang guru, bahwa dalam menuntut ilmu hendaklah meninggalkan maksiat. Ketahuilah ilmu itu cahaya dan cahaya Allah itu tidak diberikan kepada orang yg melakukan maksiat. Alhamdulillah, nasihat ini begitu berharga. Saya akan mencoba untuk bisa menjauhkan diri dari maksiat agar cahaya ilmu itu datang. Begitu juga, hendaklah kita niat menuntut ilmu ikhlas karena Allah, agar Allah berkenan memberikan taufik dan pahala. Karena ilmu termasuk ibadah agung dan utama. Hm, baiklah, dengan mengucapkan basmalah, saya ingin meluruskan niat lagi dan mulai belajar, sekarang! Iya, sekarang, yuk!

paragraf diatas adalah aku ambil dari salah satu blog yang aku baca. diri ini ingin menjambuk hati ini yang kadang lalai ataupun hilang tujuan dari menuntut ilmu, semoga dengan diposting disini, diri ini jadi lebih menemukan arti dari menuntut ilmu..

Kamis, 02 September 2010

Ledakkan Potensimu

Live is never flat, begitu salah satu moto iklan yang ada. Hidup memang tidak sedatar ataupun securam yang kita kira. Semuanya bergantung pada kemauan dan sejauh apa mimpi yang kita punya. Ada yang mengatakan “tulislah mimpi indahmu dalam kanvas alam nyata ini, agar kami tahu seberapa besarkah mimpi yang kau miliki”. Ceritakan kepada semua orang tentang mimpimu, buat mereka merasakan manfaat keberadaanmu dan bahagia berada di sampingmu.

Kalau mimpimu tentang studi ke luar negeri ada sedikit motivasi yang ingin ku bagi, karena aku merasa bahagia menjadi warga Aceh. Hal inilah yang membuat mahasiswa dari daerah lain cemburu kepadaku. Ketika aku berdiskusi dengan mahasiswa dari berbagai daerah yang sedang melanjutkan studinya di Taiwan. Mereka susah payah untuk memperebutkan beasiswa dari universitas atau pemerintah Taiwan, sedangkan khusus warga Aceh sangat mudah untuk mendapatkan beasiswa terutama dari pemda. Dan sekarang jumlah mahasiswa aceh lebih dari setengah dari jumlah mahasiswa asing yang sedang belajar di taiwan dan mereka tersebar di berbagai universitas di Taiwan. Tak usah berbicara dari segi politik atau yang lainnya, yang penting kesempatan itu terbuka lebar, so mari gan,.. bro.. sis.. ledakkan potensimu, sehingga ledakan itu membuat dirimu terbang ke bumi formosa ini.

Kalau mimpimu menjadi aktifis terkenal yang stiap pernyataan dan tulisannnya dijadikan referensi, Indonesialah tempat yang paling subur untuk mengasah kemampuan orasi dan skill kepemimpinanmu. Karena organisasi massa ataupun organisasi mahasiswa tumbuh subur dalam kalangan masyarakat ataupun di setiap sudut-sudut kampus. Faktor inilah yang juga membuat mahasiswa dari Indonesia lebih siap berjuang dan tinggal di negeri orang ketika hendak melanjutkan studinya, karena kemampuan adaptasinya sudah diasah ketika berada di organisasi kemahasiswaan atau sedang berada di tengah-tengah masyarakat, so sigoe teuk wahei syedara, bek le lalo ngon taheu, ledakkan potensimu.

Mungkin hanya sedikit mimpi yang penulis bagi untuk kali ini, karena resah rasanya kalau tidak mengapdate article di blog ini. Banyak mimpi lainnya yang menurut sebahagian orang menganggap remeh ataupun ada yang menganggap presticious, but its all depends on you. Mungkin menjadi kasir adalah pekerjaan yang didambakan atau lebih tinggi kaa..sirr(seperti di salah satu iklan pelega tenggorokan). Just be yourself and choose your path. Tidak harus mengikuti trend masa kini atau arus yang sedang mengalir, karena ini adalah hidupmu dan hari ini adalah milikmu,..

Tidak harus..

Tidak semua manusia sanggup untuk menjalani semua tantangan yang ada, bahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Sayangnya banyak dari kita yang berambisius untuk mencapai tujuan tertentu namun tidak sanggup untuk melewati tantangan yang menghadang.

Kisah singkat yang aku baca di facebook menceritakan bahwa ada seorang mahasiswi yang melanjutkan studi ke luar negeri yang jauh dari tanah airnya, benua eropa. namun karena negeri tersebut mempunyai adat dan gaya yang berbeda dengan negeri asalnya, kewajiban yang ia jalani selama ini pun terasa susah untuk dijalankan. Mahasiswi muslim yang berjelbab ini merasa susah untuk menutupi kepalanya ketika sedang berjalan di tengah kota di eropa, apalagi kalau musim panas. “masak panas-panas gini pake baju serba tertutup” begitulah mungkin kira-kira komentar penduduk eropa yang membuat mahasiswi ini berubah pikirannya untuk memakai selendang saja atau bahkan tidak memakai penutup kepala.

Jika hanya untuk mimpi dunia semata, atau biar dipandang terpelajar, keren, wah oleh orang sekeliling kita karena melanjutkan studi ke luar negeri dan akibatnya harus melepaskan idealisme bahkan menggadaikan agama, semuanya menjadi hal yang tidak berguna. Paling cuman hanya 5 tahun belajar di luar negeri kemudian kembali lagi, atau bahkan menetap selama 30 tahun kemudian pasti meninggal. Dan semuanya harus dipertanggung jawabkan.

Juga tidak harus kita mengalami penderitaan yang begitu berat, yang sebenarnya tak sanggup untuk dijalani, namun dengan tujuan menunjukkan ketegaran sehingga penderitaanpun dijalani dengan muka tersenyum tapi hati menangis teriris, sampai-sampai kesehatanpun terabaikan. Padahal tak ada tawar-menawar dalam hal agama, prinsip dan kesehatan. Semuanya menjadi identitas kepribadian.

Pernah dosen kawanku di jogja curhat kepada muridnya, “saya mengambil pendidikan di UGM sampai S3, ngapain jauh-jauh keluar negeri, nyaman sekali tinggal di jogja ini”. Sampai-sampai kawanku berkeinginan kembali ke jogja walaupun kampungnya di palembang, karena memang sangat nyaman, penduduk yang ramah, makanan yang sedap pokoknya zona nyamanlah. Bukankah itu lebih baik daripada harus bersusah-susah banting stir ke negeri orang.

Namun, ada satu pesan yang menggugah dari dosenku “lebih bagus kita keluar dari comfort zone, sehingga potensi kita akan meledak dan pengetahuan kita akan lebih luas”, bagi yang suka tantangan dan tidak menginginkan hidup biasa-biasa saja, mari berpetualang. Namun kalau memang batin dan raga ini tidak siap, jangan sungkan-sungkan untuk mundur, karena “ketika satu pintu tertutup, maka akan ada 1000 pintu lainnya yang akan dibukakan, sayangnya kita terpaku pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu yang dibukakan untuk kita “ Keep Struggle Bro..

Kamis, 26 Agustus 2010

Geram Sangat

Seperti biasa ketika sore sudah menjelang, ketika jam dinding di kantorku menunjukkan jam 5 kami langsung bergegas mengejar shuttle bus menuju NTU dan dilanjutkan jalan kaki di mesjid. Setelah turun dari bus tiba-tiba seorang pemuda rapi menggunakan masker menegurku:

….. : “you can speak chinese ?”

Me : “no, I can't”

….. :“so you only speak english”

Me : “yes”

…. : “I just wanna explain about bible..”

Me : “I'm sory...?”

…. : “I just wanna tell you about bible..”

Me : “about whaaat..?”

…. : “bible..”

…. : “.... no, Sorry, I'm Moslem”

Dasar misionaris, puasa-puasa ada aja kejadian aneh yang terjadi. Dalam hatiku setelah berlalu dari misionaris tersebut bergumam, dalam Islam aja masih banyak yang harus dipelajari dan di hafal, mana sempat belajar yang gituan.

Memang di Taiwan sedang gencar-gencarnya kristenisasi dan yang menariknya adalah misionarisnya pemuda tampan berpakaian rapi, dengan setelan jas bak kerja di kantoran. So don't judge the book by the cover..!

Senin, 23 Agustus 2010

KDEI

Pada tanggal 20 agustus kemarin merupakan hari jumat, hari dimana kebahagaian ini semakin bertambah karena kami sadar bahwa akan banyak dilalui dalam 2 hari kedepan, dan weekend pun dimulai. Sebelumnya kami telah menerima undangan untuk berbuka puasa bersama di KDEI (Kamar Dagang Ekonomi Indonesia), fungsinya sama seperti kedutaan, mungkin karena negara ini blum merdeka makanya namanya seperti di atas. KDEI sangat terkenal bagi orang indo yang sedang berada di Taiwan, karena hanya di tempat itulah satu-satunya yang mengurus segala administrasi keperluan di taiwan, terutama bagi pekerja yang ada disini, mulai dari ngurus paspor, KTP hingga sampai curhat dan minta duit, yaa.. hidup di negeri orang, banyak macam kisahnya.

Setelah shalat jumat, dari mesjid aku langsung nebeng di sepedanya mas Feri, mahasiswa UGM yang lagi ambel master di National Taiwan University Science and Technology (NTUST), menuju dormnya NTUST. Perjalanan begitu syahdu bak 2 insan yang sedang berbulan madu (hahaha.. akal2 aja ni kata2). Pokoknya kita banyak cerita selama perjalanan, karena dari mesjid menuju NTUST melewati kampusnya NTU, makan waktu sekitar 20 menit. duh sayang juga bang Feri yang sanggup mengayuh sepedanya sambel memboncengi diriku yang berat badannya 2 kali berat badan beliau, “udah bang, biar tfik aja yang bawa sepedanya, apalagi ni puasa, capek bang..” selaku di tengah perjalanan “ gak papa, lebih capek lagi taufiq bawa sepeda, kan ga tau jalan, hehe..” betul juga tu..

Setelah sampai di asrama bang Feri, kami langsung istirahat di 222. di dalam kamar tersebut dihuni oleh 5 mahasiswa Indo, ada pak tri, bang fadlil, serta mahasiswa-mahasiswa harapan bangsa kedepan. Sambil istirahat kami melanjutkan diskusi bersama bang Feri, mulai dah diskusi masa depan antara dua mahasiswa kritis indonesia, mulai dari sejarah pribadi, permasalahan masyarakat, kebiasaan buruk pemerintah dan masa depan kita-kita di kampus di bahas tuntas. Wah, melebar kemana-mana tu diskusi. Tapi aku semakin sadar, bahwa banyak yang harus diperbaiki termasuk diri sendiri.

Sore menjelang, jam sudah menunjukkan jam 4, aku bertanya ke bang fadlil, “udah masih shalat ashar bang ?”, “udah, yok kita shalat”, jawab bang fadlil. Lantas aku bangun dan keluar, “dimana mushalla nya bang?”, sambil tersenyum bang fadlil menjawab “disini mushallanya”. Rupanya kamar 222 ini adalah mushalla, karena cuma kamar ini yang di huni oleh semua mahasiswa indo dan islam semuanya.

Setelah shalat ashar, kami menuju ke depan asrama, sudah menunggu mahasiswa lain termasuk bu husni dan kawanku. Kami menuju KDEI menggunakan MRT, kendaraan andalanya penduduk taiwan. Di KDEI rupanya telah menunggu banyak kawan-kawan indo lainnya, rata-rata pekerja semua. Setelah acara seremonial berakhir bertepatan dengan waktu berbuka, kami langsung menyantap makanan berbuka yang tentunya khas indonesia, ada risol, teh (manis), kurma dan kue lainnya. Setelah magrib, mulailah makan besar. Rupanya menunya tak terduga, ada sate berserta kecapnya yang khas, ayam goreng, mie goreng, rendang, soto, gado-gado, dan makanan penutupnya ada es buah. Full tank dah malam ni.

Sambil menunggu shalat isya, aku berkenalan dengan seorang bapak asal ternate tapi tinggal di bogor. Pak azis rupanya seorang ABK kapal kargo. Alhamdulillah ramadhan kali ini kami tidak melaut, biasanya ramadhan tahun-tahun kemarin kami di laut, makin besar tantanganya kalau puasa di laut, gerah, panas dan semua awak kapal bukan muslim, tapi saya tetap berpuasa, pungkas pak azis. “pak, negara-negara mana aja yang udah di kunjungi ?” saya mulai melaut dari tahun 1994, pertama kali taiwan, korea, jepang, belanda, amerika, inggris dan banyak negara lainnya. Dalam hatiku bergumam, wah, rupanya ada cara lain untuk bekeliling dunia bukan hanya seperti yang diceritakan dalam “sang pemimpi”. “disetiap negara ada orang indonya pak ?”, ada, terutama mahasiswanya. Paling banyak di belanda, tambah pak azis mengahiri diskusi kami malam itu.

Setelah melaksanakan shalat isya dan tarawih, jam pun menunjukkan pukul 9 malam, kami rombongan mahasiswa pun pamitan. Sebelum pamitan, rupanya aku dikejutkan dengan hadiah makanan untuk sahur, ada esbuah, soto dan rendang. Wah.. mantap euy. Alhamdulillah malam itu ditutup dengan senyum berkah.

Selasa, 17 Agustus 2010

Mari Explore Taiwan..!!

Akhir pekan dalam minggu pertama ramdhan seperti biasa, cukup mengesankan, melelahkan serta penuh tantangan, tentunya dibarengi dengan kaki pegal-pegal, ya.. walaupun disini transportasinya sudah memadai tetap saja kaki ini menjadi andalan untuk mencari info tentang transportasi ataupun tempat yang akan kami kunjungi ataupun ketika kami bertanya kepada orang sekitar ketika tersesat, hehehe..

Pada pagi jumat, setelah pamitan pada Mr. Marr kami langsung bergegas menuju freebus yang ada di kantorku menuju National Taiwan University (NTU) dan selanjutnya naek bus lagi menuju Mesjid. Setelah shalat jumat selesai, kami bertemu bang Deni dan Bang ikram mahasiswa aceh yang ambel S3 dan S2 di Hsinchu memang kami sudah janjian untuk ketemu di mesjid karena kami ingin liburan ke Hsinchu, tempat dosen dan kawanku. Sebelum berangkat, kami mampir dulu ke Nova, pusat perbelanjaan elektronik dekat main statiun, barangnya banyak, bagus-bagus dan pastinya miring harganya. Salah satu elektronik yang menjadi incaran mahasiswa aceh adalah HTC, smartphone buatan taiwan. Bang deni aja udah beli seri terbarunya, dalam hatiku bergumam “segera setelah gajiku cair, akan aku bawa pulang ni smartphone” Amiin ya Rabb..

Setelah membayar 105 NT atau sekitar Rp. 32.000 kami melanjutkan perjalanan ke Hsinchu, busnya cukup mewah untuk ukuran 1 jam perjalanan, aku saja sampai tertidur nyenyak. Setelah turun di persimpangan jalan, kami melanjutkan dengan berjalan kaki menuju apartemen dosenku di Hsinchu, lumayan olahraga sebelum buka puasa. Setelah sampai di apartemen dosenku bersamaan dengan waktu buka puasa, langsung kami menyantap makanan berbuka yang sudah di sediakan, selain makanannya yang kami rindukan juga suasana keakrabannya menjadi warna baru. Mungkin pembaca sekalian bisa melihat bagaimana hangatnya suasana waktu itu di FB ku.

Setelah shalat isya, dosenku mengajak kami untuk masak mie aceh ala Taiwan. Segera kami berbagi tugas untuk cang bawang, rebus mie, beli air (gada hub ya..?) dan berbagai macam kegiatan mendukung lainnya. Akhirnya santapan malam itu kami tutup dengan Mie Aceh ala Taiwan buatan bersama, “sang Mie Razali kajeut buka cabang di Taiwan” ..

Paginya explore Taiwan pun dimulai, dengan menggunakan bus mewah kami berangkat ke Taichung, memakan waktu perjalanan sekitar 2 jam. Setelah bingung mencari bus selanjutnya kami melanjutkan perjalanan ke tempat wisata “Sun Moon Lake” yang memakan waktu sekitar 2 jam juga. Kalau bisa diilustrasikan di aceh, pada hari itu kami melakukan perjalanan dari Banda ke Takengon dengan bus mewah.

Sun Moon Lake memang tempat yang indah, pertama kami meggunakan boat untuk menyembrangi danau, kemudian dilanjutkan dengan naik gondola (flying Box) menuju puncak gunung dan kembali lagi dengan flying box, karena suasanya hujan kami harus berteduh sebentar. Setelah menunggu bus sekitar 1 jam (melelahkan memang, ditambah suasana rintik-rintik)kami kembali ke tempat perberhentian semula untuk kembali pulang ke Taichung. Dilanjutkan dengan belanja sovenir dan belanja untuk bukaan, karena jam sudah menunjukkan jam 6 sore.

Akhirnya iftar pada hari itu kami laksanakan di dalam bus menuju Taichung, memang beberapa penumpang ada yang heran, ketika kami naik ke dalam bus tidak ada yang makan, tapi ketika sudah jam 6.32 kami semua minum dan makan, bunyi kantong plastik serentak terdengar. Itulah pengalaman pertamaku berbuka puasa di dalam bus di kampung orang.

Sampainya di Taichung sekitar jam 8 Bu Lidar menginstruksikan kami untuk mencari restoran indo untuk makan malam, segera bang Ali dan Mulqan kawanku membimbing kami ke pusat resto indonesia, memang luar biasa, ada resto padang, ada bakso dan ada market indo juga di sekitar daerah tersebut. “jeh, kok kalian tau tempat ini?” tanyaku kepada kawanku “iyalah, kami kan udah dapat KTP Taiwan, jadi tau seluk beluk Taiwan” hahaha.. ya sudahlah, pokoknya malam itu kami makan besar di resto Indonesia.

Dari taichung kami harus kembali naik bus menuju hsinchu tempat apartemen dosenku, setelah sempat kebingungan mencari bus di malam hari dan dosenku sempat bertanya ke bang Ali “katanya udah dapat KTP Taiwan,kok nyari bus lama”, setelah sama-sama mencari dimana bus berada kami akhirnnya menuju bus statiun, pilihan yang tepat.

Karena bus pertama jam 9 sudah penuh hanya muat untuk keluarga dosenku maka aku bang ali dan mulqan harus naik bus yang jam 10, nunggu bentar di bus statiun sambil cerita-cerita pengalaman di Taiwan. Akhirnya kami sampai di apartemen dosenku jam 12 malam. Setelah merendam kaki di air panas agar besok bisa melanjutkan explore Taiwan, rencananya kami ga tidur, karena sahur jam 3, jadi kami nonton bola bareng di ruang keluarga. Setelah 15 menit nonton semuanya pun terlelap. Hehehe..

hari minggu kembali mengeksplore taiwan ke daerah Taipei, sekalian mengantarku pulang. Kami berangkat agak siang karena istirahat dulu biar bisa jalan-jalan, makan-makan bersama Tong Piyen, sebutan gengnya Aceh di Taiwan. Hehehe

Setelah berjumpa bu husni di MRT statiun kami dituntun ke tokonya handycraft. berbagai macam kerajinan taiwan mulai dari pernak-pernik, lukisan dan baju ada, semuanya belanja pada hari itu, sampai di kasir aku iseng bertanya dalam bahasa inggris “karena kami belanja banyak, dapat diskon harga ga? Atau bonus?” si kasir menjawab, kalau harga ga bisa diskon, tapi saya bisa kasih hadiah kecil. Senang rasanya..

karena sore sudah menjelang kami bergegas menuju Mesjid besar, biasa mahasiswa hobinya cari yang gratis apalagi di negeri orang, sekalian shalat bareng plus silaturrahim. Setelah magrib dan makan di mesjid kami melanjutkan perjalanan ke Main Statiun, karena kawanku ingin belanja lagi dan sekalian kembali ke hsinchu.

Setelah naik bus di halte sekitar mesjid, ada perasaan yang kurang yang aku rasakan. Rupanya tas belanjaanku tertinggal di halte, Ya Allah.. segera kupencet bel bus, dan aku berpesan ke kawanku “kita jumpa di underground mall di main statiun ya”. Segera kaki ini melangkah untuk kembali ke halte dekat mesjid dan Alhamdulillah tasnya masih ada, memang orang Taiwan jujur-jujur..

setelah sampai di main statiun, aku berjalan sekitar 2 kilo untuk mencari dimana kawanku berada, memang undergroundnya luas kali, sempat aku sms kawanku “ya udah, aku balek aja” tiba-tiba dalam perjalanan kami berjumpa di Y, rupanya underground mall nya dari A-Z dan setiap hurufnya ada anak2nya lagi misalnya Y aja ada sampai Y20 banyangkan seberapa besarnya..!!

setelah belanja seperlunya kami langsung pisah, kawanku menuju bus statiun untuk ke hsinchu dan aku ke MRT statiun untuk ke Nangang. Memang weekend yang melelahkan dan menghabisakan banyak tenaga plus biaya. Pengalamanya pun tak terduga, kalau ada tes kewarganegaraan taiwan, mungkin aku lulus dan mendapatkan KTP Taiwan setelah menjalani weekend yang mengesankan ini...

Kamis, 12 Agustus 2010

Nikmatnya Ramadhan di Kampung Orang.

Akhirnya datang juga, pengalaman yang aku tunggu untuk dijalani dengan suasana dan tempat yang berbeda, Ramadhan di kampung orang. Memang banyak dari mahasiswa kebanyakan yang ada disini ketika ramadhan datang mereka pulang ke kampung halamannya masing-masing atau ada yang sangat berharap dapat izin dari profesornya untuk bisa minimal lebaran di kampung halaman. Ada cerita abang letingku karena sangat disayang profnya jadi dia boleh pulang pada ramadhan minggu ketiga dan segera kembali setelah lebaran, ada yang bilang hal tersebut merupakan kesedihan bagaimana menurut anda..?

Ramadhan pertamaku di warnai dengan kejadian yang kuharap tak pernah terjadi, yaitu salah naik bus. Pada siang hari, ada sesuatu yang ketinggalan di kamarku, sehingga aku harus kembali dari kantor ke asramaku, untuk menghemat waktu dan tenaga pada saat istirahat makan siang aku langsung bergegas ke halte bus dan menunggu bus yang jurusannya ke asramaku. Akhirnya datang juga bus yang aku harapkan, segera kulangkahkan kaki ini ketika pintu bus di buka. Setelah berjalan sekitar 5 menit, rupanya bus tersebut berbelok ke arah lain, bukan ke arah asramaku dan aku terkejut serta langsung melihat kembali nomor bus tersebut, rupanya aku salah naik bus. Langsung ku pencet bel dan pak supirpun langsung memberhentikan busnya di halte berikutnya. Sambil tersenyum aku keluar dari bus. Sungguh pengalaman yang seharusnya tak terjadi, terima kasih kepada pak supir yang dengan gaya yang elegan tidak memberitahukanku bahwa aku salah jurusan. Akhirnya aku pulang ke asramaku dengan jalan kaki, karena takut salah naik bus lagi..

Di bulan ramadhan biasanya seluruh mahasiswa asing dan muslim yang ada di Taipei berbuka puasa di mesjid besar, selain untuk silaturrahim dengan sesama muslim juga karena ada bukaan gratis yang disediakan oleh pengurus mesjid. Info ini aku dapatkan dari mahasiswa Indo yang ramadhannya sudah beberapa kali di Taipei. Oleh karena itu kami minta izin untuk pulang lebih awal kepada mr. marr dan Lucien, big bos dikantorku.

Setelah menghabiskan satu jam perjalanan akhirnya kami tiba di Mesjid besar Taipei. Meja telah tersusun rapi beserta mangkuk ala china plus sumpit di sampingnya, disetiap meja ada 11 mangkuk yang berartikan ada 11 orang yang akan duduk di setiap mejanya. Ada kawanku yang berpesan, kalau mau buka di mesjid besar, segera duduk dan mengambil mangkuk yang ada di meja, itu menandakan bahwa kita telah mendapatkan karcis untuk buka puasa gratis.

Memang ada beberapa peraturan untuk buka puasa disini, yaitu tidak berisik ketika berbuka, tidak makan makanan yang kita sukai saja dan meninggalkan yang tidak kita sukai, menjaga sampah hasil makanan kita, dan peraturan-peraturan yang lazim lainnya seperti berdoa dahulu sebelum berbuka.

Setelah azan dikumandangkan langsung kami menyantap menu berbuka, mau tau menunya? Ada teh pahit, bubur, delima dan kurma, dalam hatiku bergumam, segini mana cukup untuk berbuka? Perlu tambahan extra large untuk memenuhi kebutuhan makananku.

Rupanya hidangan tadi hanya hidangan pembuka, setelah shalat magrib selesai kami kembali duduk di tempat mangkuk masing-masing, rupanya di atas meja sudah ada hidangan bihun, nasi, dan sayur-sayuran yang ditumis, dalam hatiku kembali bergumam, duh, tak apalah yang penting ada makan nasi walau ikanya sayur-sayuran, jadi vegetarian skali-skali. Hehehe

lalu kejutan itupun datang, daging rendang dan sop ayam pun dihidangakan di atas meja. Semua orang yang ada di mejaku pun antri untuk mengambilnya. Tak bertahan lama rendang pun tak tersisa, aku berpikir hari ini cukup sekian makananku. Rupanya datang lagi bala bantuan daging rendang yang dihidangkan di mejaku, tak berpikir lama tambah lagi eeuuy..memang makan besar hari ini. Setelah proses pembantaian selesai, dilanjutkan dengan isya dan tarawih bersama. Alhamdulillah, nikmatnya ramadhan di kampung orang...

Selasa, 10 Agustus 2010

Puas Menjadi Mahasiswa

Buat pembaca setia, mohon maaf atas ketidak terbitan tulisan selama seminggu belakangan ini, hal tersebut lebih dikarenakan proses adaptasi yang masih berjalan dan juga memang minggu pertama kemarin adalah minggu yang sangat padat, hampir tak ada waktu senggang. Nah, minggu kemarin juga padat karena saatnya balas dendam, kami banyak menghabiskan waktu untuk jalan-jalan dan makan-makan sehingga kaki ini pegal-pegal, hehehe..
Proses adaptasi memang aku akui memakan waktu yang cukup mengesankan, dimana semuanya tak bisa berjalan lancar seperti adanya dan keadaan tak terduga selalu saja datang. Proses mencari solusi saat rindu ini datang, kekosongan hati dan dropnya iman harus aku cari jawabannya agar kondisi diri ini tetap stabil. Tak mudah memang untuk melewati semua ini, tapi aku merasakan adanya kekuatan yang selalu mendorong dan mengintaiku salah satunya kekuatan doa dari orang tuaku.
Weekend kali ini memang sangat mengesankan dan penuh kejutan, tak terasa bahagianya menjadi mahasiswa dan pernah merasakan nikmat dunia ini. Pada hari sabtu kami berkumpul di mesjid kecil untuk mengadakan syukuran menyambut ramadhan. Kalau kita di Aceh mungkin meugang. Tapi karena paling rame disini mahasiswa dan pekerja dari pulau jawa, adatnya pun mengikuti pulau ibukota Negara kita, yaitu potong tumpeng. Tapi mantapnya tu, setelahnya kami smua kebagian nasi lemak plus ayam dan telornya, hehehe budaya mahasiswa terjadi lagi, dapat nasi gratis, Alhamdulillah.. Malamnya kami diajak belanja di night market, memang aku tak membeli apa-apa karena disini paling banyak toko perlengkapan wanita, mulai baju, sepatu, sandal, dan segalanya tentang wanita. Kalau toko laki-laki sangat jarang, jadinya kebahagian ini lebih banyak dirasakan kawanku yang memang hobinya belanja dan kalau belanja, pegel kaki ini nunggunya, mulai dari milih-milih, nawar-nawar, bisa-bisa pingsan kita nunggunya. Tapi aku lebih suka beli makanan, roti, ice kream dan berbagai macam air, the pahit serta air mineral. Semuanya aku habiskan sambil nunggu kawanku yang belanja. Wah, bisa ga turun-turun ni berat badan. Hehehe..
Hari minggunya kami mengunjungi kebun binatang Taipei, memang kebun binatangnya tak begitu mengesankan tapi ada hal yang menakjubkan di luar kebun binatang. Aku tak tau persis apa nama bahasa Indonesianya, kalau disini namanya Gondola. Semacam box yang berjalan di udara yang ditarik dengan tali menuju puncak gunung. Seperti flying box lah. Mungkin di dufan ada. Serunya kami hanya membayar 50 NT (Rp. 15.000) untuk sekali naik ke puncak gunung tertinggi yang memakan waktu 30 menit, dalam perjalanan nampak begitu indahnya hutan Taipei dan kotanya, 101 juga nampak. Subhanallah...baru terasa nikmatnya menjadi mahasiswa. Tak terhitung berapa kali tangan ini memencet tombol kamera untuk mengambil gambar pemandangan Taipei dari udara.

Jumat, 30 Juli 2010

Catatan Aktifis Muda Indonesia

Banyak yang mengatakan, menjelaskan dan meyakinkan bahwa menjadi aktifis sangat banyak manfaatnya bahkan semua dosen di fakultasku mulai dari dekan sampai ketua jurusan merekomendasikan untuk menjadi aktifis.

Setelah menjalani 3 tahun menjadi organisator yaitu tempat bernaungnya aktifis, terlalu banyak pendidikan yang diberikan dan hikmah yang didapat. Sebagianya telah tertulis pada artikel sebelumnya. Melalui tulisan ini, diri ini hanya ingin memberikan saran yang bermanfaat kepada pembaca sekalian, khususnya bagi adik-adikku yang sedang menempa dirinya di organisasi atau kepada mahasiswa baru yang sebentar lagi akan masuk ke dalam sarangnya akademisi.

Menjadi pribadi, mahasiswa atau aktifis hendaknya memiliki criteria berikut :

Pertama, Iman dan Taqwa. Imtaq ini lah yang menjadi identitas kita, warna kita dan kepribadian kita yang utuh. Pengalamanku sudah membuktikan bahwa semua orang menghargai keimanan yang kita pegang, pada saat di jepang, profku mengizinkan kami untuk permisi untuk shalat di mesjid sekitar kampus, bahkan ia menyediakan kepada kami sebuah tempat untuk masak dan berbuka puasa, karena pada saat itu ramadhan sedang menjelang. Sekarang juga, para peneliti di Academia Sinica juga respect terhadap ibadah yang kami lakukan. Mereka menyediakan tempat untuk shalat, kemarin tempat shalatku diganti ke pustaka karena mereka mengira pustaka lebih nyaman untuk shalat dibandingkan tempat yang lain. Tapi tadi aku meminta agar kami bisa shalat di lantai 6 karena tempatnya lebih nyaman karena di ujung dan mereka menyetujuinya serta memberitahukan kepada professor yang ada di lantai 6 bahwa kami akan shalat 2 kali di tempat tersebut.

Salah satu dosen favoritku di jurusan fisika pernah bercerita saat aku melapor bahwa kami akan ke Taiwan untuk magang. “sewaktu saya di itali, saya minta izin ke professor saya untuk shalat jum’at di roma, karena jarak roma ke kantor saya jauh, jadi saya sampaikan ke prof saya bahwa pada hari jum’at saya hanya bisa masuk kantor ½ hari, jika anda memerlukan saya maka saya akan masuk kantor pada hari sabtu” hanya itu yang disampaikan dosenku kepada profnya, dan profnya setuju, hasilnya sekarang dosen ku ditawarkan postdoc lagi ke perancis, sesuatu yang patut di tiru.

Memang kita harus membaur kepada siapapun, tetapi ingat membaur bukan berarti melebur, warna kita harus tetap jelas walaupun di kelilingi orang-orang dengan berbagai macam kepercayaan atau bahkan tidak memiliki sama sekali.

Kedua, English. Sesuatu yang sangat sering diucapkan oleh anak-anak kampus. Walaupun ada yang menyatakan bahasa arab lebih banyak manfaat. Memang betul, bahasa arab adalah ibunya segala bahasa. Tapi posisi kita sekarang dibawah kawan-kawan kita, dosen saya banyak yang berkata “we have to be educated people”. Negeri kita belum maju dalam hal ilmu pengetahuan apalagi science, tugas kita untuk membangunnya dengan menjembatani ketimpangan yang terjadi dan itu harus kita lakukan dengan meningkatkan potensi diri salah satunya kecakapan bahasa.

Bahasa juga menjadi alat untuk survive, di Negara dengan semua penduduknya menggunakan bahasa cina seperti Taiwan, sangat susah bertahan tanpa bahasa inggris. Mr. Marr pernah berpesan, jika aku tersesat maka bertanyalah kepada remaja yang ada, karena kebanyakan dari mereka bisa berbahasa inggris.

Ketiga, skills. Inilah yang menjadi modal kita agar dilirik oleh orang lain. Skill inilah yang akan kita kembangkan di negeri orang tapi tentunya kita telah memiliki kemampuan dasar. Ketua jurusanku menyebutkan skill ini adalah computer karena benda tersebutlah yang perkembanganya begitu pesat.