Akhirnya
saya akan membahas sesuatu kegiatan yang sangat dinanti ketika akhir
pekan datang, sesuatu yang menjadi tren masyarakat modern yang peduli
lingkungan serta kesehatan, sesuatu yang jika diajak keliling malah
makin senang, yang membuat si kharisma, abang letingnya cemburu, sesuatu
yang merupakan warisan dari generasi sebelumnya, yaitu bersepeda
bersama si polygon. Kenapa saya sebut warisan generasi sebelumnya,
karena memang polygon ini adalah warisan dari abang saya. Polygon resmi
parkir di gudang rumah saya sekitar tahun 2009, pada saat itu abang saya
sudah dinas di Banda Aceh. Terkadang polygon menemaninya ketika
berangkat ke kantor, pun tak jarang saat weekend mereka ikut sepeda
santai bersama. Memang pada saat itu saya masih mencari sebongkah
pengalaman di kampus, jadi agak kurang perhatian dengan sepedaan.
Nah..
akhir-akhir ini kebersamaan polygon bersama abang saya agak sedikit
renggang. Terkadang ia hanya tersenyum kaku di gudang, berminggu-minggu
hingga ia menunjukkan sedikit kekesalannya dengan dikeluarkannya
beberapa udara yang ada di kedua ban. Pada saat itulah saya melihat
kesempatan emas, merajut kemesraan (heleh… macam apa aja) dan
berpetualang ria. Terkadang terdengar suara dari roda-roda yang
berputar, pada saat saya ragu-ragu ingin mengayuhnya, sang polygon
berbisik “life is an adventure..!!” sehingga bertambahlah keyakinan saya
dalam menjelajahi kota, rawa bahkan rimba yang ada di sekitar aceh nan
sejahtera. Apalagi sekarang si abang sudah mengayuh bahtera bersama
seorang wanita sholehah, sehingga saya sebagai adik satu-satunya diberi
amanah untuk menjaga si polygon dan tentunya memaksimalkannya.
Ternyata
gayung bersambut, saya bertemu dengan beberapa pengguna sepeda lainnya
yang sering mutar-mutar kota di minggu pagi. Akhirnya kami membentuk
sebuah club untuk memaungi para anggotanya, memang singkatannya agak
sedikit maksa sih.. sepeda buatga ya, sehingga kalau disingkat mirip
dengan presiden kita terhormat SBY. Knapa buat gaya, karena memang kami
bukan atlit, bukan pejabat dan bahkan bukan politikus, kami hanya
mahasiswa tingkat akhir. Sehingga kami menggunakan gaya masing-masing
dalam bersepeda, ada yang gaya DJ, gaya akademis, gaya romantis dan
bahkan ada yang ga pake gaya.