Minggu, 13 Februari 2011

Catatan Pengabdian Seorang Relawan

Banyak yang mengartikan kata relawan yaitu rela tidak melawan, rela waktu dan tenaganya terkuras, pikiran terpecah dan bahkan mengikhlaskan sebagian dari hartnya untuk digunakan dalam kegiatan social. Dengan prinsip mengabdi sebagai tanggung jawab social kepada masyarakat seorang relawan yang ideal menyatu dengan masyarakat, merasakan apa yang selama ini menjadi kegelisahan, memecahkan permasalahan kemasyarakatan, menyuntikkan vitamin kehidupan bertenggang rasa serta menyalurkan ide-ide brillian guna mendorong kehidupan yang produktif dan berkualitas.
Sebagai Agent of change sudah sepatutnya sebagai mahasiswa memikirkan dan mencurahkan sebagian tenaganya untuk masyarakat di area yang tidak terjamah oleh derasnya arus pembangunan dan kemajuan dalam berbagai bidang. Hal ini mungkin bisa disebabkan oleh nepotismenya kekuasaan, piciknya kemajuan teknologi, kemunafikan pemerataan pendidikan dan yang paling besar adalah keserakahan kepemimpinan. Semoga penulis dan pembaca dijauhkan dari kerasnya hati yang membuat kita tidak peka terhadap penderitaan yang meraung-raung dan merindukan iba para pemimpin dan juga semoga kita selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan karena sungguh siapapun anda, apapun profesi anda, ada nikmat Allah yang melekat yang tak mampu kita balas walaupun dengan ibadah beribu tahun lamanya.
Bakti social yang diadakan di desa Burlah kecamatan Ketol kabupaten Aceh tengah cukup menyisakan banyak catatan penting yang menjadi hikmah dan introspeksi kita bersama. Kami para relawan mengabdi selama 10 hari di desa tersebut, membaur dengan masyarakat yang hampir tidak memiliki target kehidupan di masa yang akan datang, hanya memikirkan isi perut hari ini, menjalani hari esok seperti hari-hari biasa, tanpa ada gebrakan dan usaha untuk keluar dari system.
Burlah memiliki arti “tengah-tengah”, yang maknanya desa yang diapit oleh bukit atau berada di antara 2 desa yang lainnya. Kebanyakan masyarakat di desa ini berprofesi petani, karena memang demografi desa burlah dipenuhi dengan bukit-bukit sehingga bagus untuk bercocok tanam. Pada pagi hari para kepala keluarga bahkan seluruh anggota keluarga bergegas menuju kebun untuk merawat dan memetik hasil perkebunan, jika sore telah menjelang mereka baru kembali ke kediaman masing-masing, bahkan ada salah seorang masyarakat yang kami temui sudah satu minggu berada di kebun yang jauh dari rumahnya. Biasanya pada hari jumat kebanyakan masyarakat tidak berkebun, mereka biasanya membersihkan rumah, memperhatikan keluarga, pengajian serta beribadah bersama-sama di mesjid. Jika malam telah menjelang, suasana desa ini begitu sepi dan sunyi, memang ada beberapa rumah yang memiliki televisi namun pada jam 10 keatas rata-rata masyarakat sudah terlelap, sangat jarang adanya kehidupan malam atau ada yang begadang, mereka betul-betul memanfaatkan gelapnya malam untuk beristirahat.
Masyarkat Burlah tidak menjadikan pendidikan sebagai satu aspek yang urgen bagi anak-anak mereka, tingkat sekolah yang paling tinggi yang mereka raih hanya sampai SMA, kebanyakan dari mereka hanya sampai SMP, kemudian menikah, berkeluarga, bercocok tanam begitulah seterusnya. Memang dari proses kehidupan masyarakat Burlah ada sisi negative dan positivenya. Hal yang patut di tiru adalah kegigihan dan kerja keras, lihatlah bagaimana mereka konsisten dalam bertani stiap harinya mulai pagi hingga sore harinya. Tubuh mereka selalu mengeluarkan keringat sehingga jauh dari penyakit kolesterol. Tidak meleknya mereka terhadap teknologi membuat kehidupan masyakat yang bersosial tinggi. Tidak seperti kehidupan di kota yang mulai individualis dan materialis.
Memang sisi negativenya lebih besar, yaitu karena pendidikan mereka tidak memadai membuat masyarakat terbelakang sehingga mereka tidak tahu bagaimana caranya menagih hak serta ikut dalam proses politik yang sehat, kurang masuknya informasi membuat mereka tidak mengenal dunia luar dan enggan untuk berubah, dan yang paling penting karena pengetahuan agama yang minim membuat suasana kampung yang tidak hidup, gersang akan nuansa rohani dan membuat anak-anak tidak tahu arti hidup dan makna beribadah sebagai bentuk syukur atas nikmat yang diberikan.
Kedatangan kami para relawan menyuntikkan vitamin untuk mengembalikan proses kehidupan perkampungan yang selama ini di dambakan walaupun apa yang kami perbuat tidak maksimal dan jauh dari kesempurnaan, setidaknya ada perbedaan dan hal-hal baru yang kami berikan. Mulai dari divisi Pendidikan yang menjadikan murid SD sebagai sasaran pengabdian, membuat pustaka kampong serta mengajari dan memotivasi murid dengan metode-metode yang menyenangkan. Divisi mental dan spiritual focus untuk menghidupkan nuansa rohani mulai dari menghidupkan mesjid, mengajar anak-anak TPA dan mengadakan pelatihan serta perlombaan keagamaan. Divisi kesehatan mencakup smua sasaran masyarakat dengan program penyuluhan, pelatihan dan pengobatan massalnya. Divisi social masyarkat mencoba menghidupkan perangkat kampong, olahraga serta pelatihan-pelatihan yang bermanfaat. Menariknya divisi pertanian karena membagikan serta menanam pohon disekitar perkampungan juga penyuluhan dan pelatihan pupuk serta hasil pertanian. Bukti kerja yang nyata dapat dilihat dari divisi insfrastruktur, karena kami mengecat mesjid, memperbaiki MCK serta memberikan nama lorong. Memang ada beberapa program dadakan yang terfikirkan oleh relawan serta ada juga beberapa program yang tidak terlaksana disebabkan tidak mendukungnya sarana dan prasarana.
Sebagai relawan yang budiman proses pembelajaran harus terus dilakukan, kami belajar bagaimana menyatu dengan alam yang menjadikan sungai sebagai tumpuan. Baik untuk konsumsi sampai dengan MCK. Lelahnya dalam bekerja terbayarkan dengan cerianya masyarakat serta tawanya anak-anak. Refleksi kehidupan perkampungan dengan minimnya peralatan bahkan komunikasi yang terputus membuat kami sadar akan bahagianya kehidupan kami selama ini. Seharusnya kami lebih bersyukur dan lebih berusaha tanpa harus mengeluh akan penatnya pikiran. Semoga kita semua dapat terus mengupgrade diri dan tetap istiqamah serta memaksimalkan potensi yang ada guna berbuat dan memberikan yang terbaik dan menjadi pribadi yang budiman.

1 komentar:

Sari Diana mengatakan...

pak,, tulisan nya udah bagus. tapi kok poto nya poto bapak,, gak sesuai dengan isi tulisan nya,, hehehe
peace pak!!