Sebelum saya menggoreskan lebih
banyak kata-kata serta cerita tentang pelatihan Forum Indonesia Muda, terlebih
dahulu saya ingin mempertegas bahwa baru kali ini saya mengikuti forum nasional
yang menghimpun pemuda dari seluruh Indonesia dan dari berbagai latar belakang
serta ideologi fikiran dan kami merasa seperti satu keluarga besar yang
mempunyai arah dan tujuan yang sama, untuk membangun Indonesia yang lebih baik.
Biasanya jika mahasiswa bertemu di forum nasional pasti beradu argument, saling
debat pendapat dan yang paling parah tuan rumah yang mengadakan acara tersebut
menjadi pihak yang dirugikan karena ulah para peserta undangan kegiatan yang
banyak permintaan. Tapi sangat berbeda dengan FIM, seperti yang kita baca pada testimoni
para alumni, forum ini menawarkan hubungan kekerabatan dan persahabatan, dimana
mahasiswa dari seluruh penjuru bisa mengenal, bertukar fikiran, bekerja sama
serta saling berbagi. Dan karena pesertanya berasal dari berbagai daerah
tentunya layaknya sebuah keluarga besar, jika satu anggota keluarga berkunjung
ke berbagai kota di Indonesia ia dapat menginap di rumah keluarganya, misalnya
anak aceh yang berkunjung ke bandung, ia dapat menginap di rumah teman alumni
FIM lainya yang berada di kota tersebut, dan hal itu sudah saya lakukan.. (hehe
ketahuan yak.. maklum masih mahasiswa).
Baik, mari kita mulai dengan kenapa
saya ikut mendaftar di kegiatan ini. Ketika suntuk menghadang, minim kompetisi
dan perasaan puncak ingin naik pesawat lagi dan diperparah dengan kawan
seangkatan yang mengikuti banyak lomba dan berangkat ke luar daerah, disaat
itulah bergejolak perasaan untuk berjuang keras ikut kompetisi yang membawa
diri ini ke ibukota. Dan tersebutlah nama saya diantara 130 peserta lainnya
yang lolos untuk mengikuti pelatihan FIM.
Sebelum acara di hari pertama
dimulai, biasalah kebiasaan mahasiswa jika berjumpa di forum nasional, ya..
foto-foto, tukaran kartu nama, kenalan bahkan ada yang lirik-lirik. Kami,
peserta cowoknya tinggal di sebuah ruang besar di lantai 2 sebuah gedung, yang
di lantai pertamanya terdapat kolam renang serta fasilitas olahraga lainnya. Belakangan
saya ketahui rupanya gedung tersebut memang gymnastium. Jadi seolah-olah
tinggal di apartemen mewah yang ada kolam renangnya, padahal kamar kami adalah
sebuah aula yang kami tinggali bersama-sama, jadi ada sekitar 70 kasur di dalam
aula tersebut. saya ragu apakah ini adalah siasat panitia agar kami bisa saling
mengenal dan akrab, sampai tidur pun harus satu kamar ber 70, atau memang
panitia kewalahan mencari tempat tinggal hingga mengambil option alternative. Tapi
tak apalah, cukup mengesankan karena jarang-jarang saya tidur bisa mendengar
berbagai macam aliran music ngorock (atau mungkin saya salah satu penyumbang
suaranya..)
Hari
pertama pelatihan dibuka dengan gemuruh musik anak negeri yang memberikan
semangat untuk berkontribusi, cukup menyemangati dan bergairah, tapi saya masih
belum dapat feelingnya karena penasaran dengan materi yang disajikan serta hari-hari
selanjutnya apakah akan sama dengan forum nasional lainnya. Rupanya pertanyaan
itu terjawab dengan hadirnya beberapa pemateri hebat seperti Amien rais, Taufiq
Ismail, Arif Munandar dan banyak tokoh inspiratif lainnya. 2 hari di doktrin
dengan permasalahan Indonesia, lemahnya pemuda, control sosial, kisah
inspiratif dan cerita jenaka, walaupun kesal karena kesempatan untuk bertanya,
berdiskusi atau menyatakan pendapat sangat kurang, tapi otak kami cukup
terdoktrin.
Hari-hari
selanjutnya kami diajak untuk terjun kelapangan mengaplikasikan ilmu yang
didapat di dalam ruangan serta mengobserfasi keadaan real di masyarakat. Disinilah
kerjasama team dituntut, saya tergabung dalam jong Sumatra bersama 16 mahasiswa
lainnya, brillian, humoris, cukup menarik perhatian dan ceria itulah mereka. Cerita
tentang Jong Sumatra akan saya update di artikel lainnya. Dipenghujung pelatihan,
outbound menjadi ajang uji nyali dan ketangkasan. Dan malamnya disuguhi dengan
renungan sumpah pemuda. Akhirnya kami kembali ke peraduan masuing-masing
setelah menampilkan seni dari setiap jong.
Disamping
singkatan aslinya, FIM juga berarti Forum Indonesia Menulis, karena kebanyakan
diskusi di group ujung-ujungnya menerbitkan sebuah buku atau minimal tulisan di
blog dan note. Ada yang mengartikan Forum Independen Mahasiswa, karena forum
ini tidak terikat akan politik praktis atau golongan tertentu. Juga terkadang
diartikan sebagai Forum Indonesia Menikah, karena banyak yang cari jodoh di
kegiatan ini. (tapi tidak termasuk saya yak..)
Pelatihan selama seminggu bisa
diibaratkan dengan gado-gado, karena semuanya ada, serius, kocak, sedih, ceria,
bahkan yang biasa aja juga ada, kalau permen bisa diibaratkan dengan nano-nano,
rame rasanya..hehe. begitulah banyak orang yang menggambarkan, walaupun pada
saat pelatihan ngantuk-ngantuk karena padatnya jadwal. Games yang disuguhkan
menjadi catatan sendiri bagi saya, untuk diadopsi, modivikasi dan disajikan
kembali jika ada kegiatan di universitas.
Dan akhirnya jadilah kami
kunang-kunang yang berusaha untuk terus memberi sinar bagi pribadi yang sedang
berjalan di jalan gelap lorong kumuh di desa bernama Indonesia, jika sinaran
itu cukup terang dan kami berharap ia dapat memberi manfaat serta pengaruh bagi
orang sekitar sehingga mereka dapat berjalan bersama kami, membangun bersama,
sebuah desa indah nan permai, yang akan menjadi singa peradaban, pemegang bola
dunia.. Indonesia
Aku untuk Bangsaku..!!
1 komentar:
baru baca.. ditunggu backpackeran ala FIM
Posting Komentar