After walking for 25 minutes, I arrived at the Information Science Institute building. The map showed the building is the place where I would intern. When the main doors opened automatically I asked the officer at the front desk what floor is for intern students.
Drowning in word, inspiring the world
Sabtu, 27 November 2010
Internship in Academia Sinica Taiwan, “Engaged with Global Community”
After walking for 25 minutes, I arrived at the Information Science Institute building. The map showed the building is the place where I would intern. When the main doors opened automatically I asked the officer at the front desk what floor is for intern students.
Minggu, 10 Oktober 2010
Membidik Universitas di Taiwan
Taiwan Higher Education Fair 2010
Jumat, 24 September 2010
Wo Moslem Taiwan Ren
Kamis, 23 September 2010
Partnership between Aceh and Taiwan Community
Niatkanlah karena Allah..
“Akhi... bumi itu luas dan lautan itu dalam, namun jauh lebih luas dan dalam lagi ilmu Allah. Maka jangan pikirkan dimana engkau akan menuntut ilmu, tapi atas niat apa engkau menuntut ilmu itu. Menuntut ilmu itu bukan masalah di luar negeri atau tidak, di universitas bergengsi atau bukan... apalagi karena ingin jalan-jalan... tapi bagaimana dengan ilmu yang antum miliki nantinya antum bermanfaat bagi orang banyak, bagi negara ini, dan bagi dakwah akhi. Sudah banyak contohnya bukan, sosok-sosok luar biasa yang mampu menggoreskan sejarah dunia secara gilang gemilang meski mereka bukan lulusan universitas ternama. Bahkan Tafsir Fii Zilalil Qur’an-nya Sayid Quthb yang mahsyur itu, atau Tafsir Al Azhar-nya Hamka yang terkenal itu dilahirkan saat mereka berada dalam tahanan penjara, yang kalau secara logika tentunya akan sangat sulit mendapatkan referensi dari dunia luar. Tapi antum jangan lupa akhi... bahwa ilmu itu milik Allah. Ia-lah referensi terbaik. …Maka niatkanlah karena Allah. Insya Allah, Allah akan memudahkan bagi antum hal-hal yang bahkan tak akan pernah antum bayangkan bisa antum lakukan...”
Minggu, 19 September 2010
Bersihkan niat dalam menuntut ilmu
paragraf diatas adalah aku ambil dari salah satu blog yang aku baca. diri ini ingin menjambuk hati ini yang kadang lalai ataupun hilang tujuan dari menuntut ilmu, semoga dengan diposting disini, diri ini jadi lebih menemukan arti dari menuntut ilmu..
Kamis, 09 September 2010
Kamis, 02 September 2010
Ledakkan Potensimu
Live is never flat, begitu salah satu moto iklan yang ada. Hidup memang tidak sedatar ataupun securam yang kita kira. Semuanya bergantung pada kemauan dan sejauh apa mimpi yang kita punya. Ada yang mengatakan “tulislah mimpi indahmu dalam kanvas alam nyata ini, agar kami tahu seberapa besarkah mimpi yang kau miliki”. Ceritakan kepada semua orang tentang mimpimu, buat mereka merasakan manfaat keberadaanmu dan bahagia berada di sampingmu.
Kalau mimpimu tentang studi ke luar negeri ada sedikit motivasi yang ingin ku bagi, karena aku merasa bahagia menjadi warga Aceh. Hal inilah yang membuat mahasiswa dari daerah lain cemburu kepadaku. Ketika aku berdiskusi dengan mahasiswa dari berbagai daerah yang sedang melanjutkan studinya di Taiwan. Mereka susah payah untuk memperebutkan beasiswa dari universitas atau pemerintah Taiwan, sedangkan khusus warga Aceh sangat mudah untuk mendapatkan beasiswa terutama dari pemda. Dan sekarang jumlah mahasiswa aceh lebih dari setengah dari jumlah mahasiswa asing yang sedang belajar di taiwan dan mereka tersebar di berbagai universitas di Taiwan. Tak usah berbicara dari segi politik atau yang lainnya, yang penting kesempatan itu terbuka lebar, so mari gan,.. bro.. sis.. ledakkan potensimu, sehingga ledakan itu membuat dirimu terbang ke bumi formosa ini.
Kalau mimpimu menjadi aktifis terkenal yang stiap pernyataan dan tulisannnya dijadikan referensi, Indonesialah tempat yang paling subur untuk mengasah kemampuan orasi dan skill kepemimpinanmu. Karena organisasi massa ataupun organisasi mahasiswa tumbuh subur dalam kalangan masyarakat ataupun di setiap sudut-sudut kampus. Faktor inilah yang juga membuat mahasiswa dari Indonesia lebih siap berjuang dan tinggal di negeri orang ketika hendak melanjutkan studinya, karena kemampuan adaptasinya sudah diasah ketika berada di organisasi kemahasiswaan atau sedang berada di tengah-tengah masyarakat, so sigoe teuk wahei syedara, bek le lalo ngon taheu, ledakkan potensimu.
Mungkin hanya sedikit mimpi yang penulis bagi untuk kali ini, karena resah rasanya kalau tidak mengapdate article di blog ini. Banyak mimpi lainnya yang menurut sebahagian orang menganggap remeh ataupun ada yang menganggap presticious, but its all depends on you. Mungkin menjadi kasir adalah pekerjaan yang didambakan atau lebih tinggi kaa..sirr(seperti di salah satu iklan pelega tenggorokan). Just be yourself and choose your path. Tidak harus mengikuti trend masa kini atau arus yang sedang mengalir, karena ini adalah hidupmu dan hari ini adalah milikmu,..
Tidak harus..
Tidak semua manusia sanggup untuk menjalani semua tantangan yang ada, bahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Sayangnya banyak dari kita yang berambisius untuk mencapai tujuan tertentu namun tidak sanggup untuk melewati tantangan yang menghadang.
Kisah singkat yang aku baca di facebook menceritakan bahwa ada seorang mahasiswi yang melanjutkan studi ke luar negeri yang jauh dari tanah airnya, benua eropa. namun karena negeri tersebut mempunyai adat dan gaya yang berbeda dengan negeri asalnya, kewajiban yang ia jalani selama ini pun terasa susah untuk dijalankan. Mahasiswi muslim yang berjelbab ini merasa susah untuk menutupi kepalanya ketika sedang berjalan di tengah kota di eropa, apalagi kalau musim panas. “masak panas-panas gini pake baju serba tertutup” begitulah mungkin kira-kira komentar penduduk eropa yang membuat mahasiswi ini berubah pikirannya untuk memakai selendang saja atau bahkan tidak memakai penutup kepala.
Jika hanya untuk mimpi dunia semata, atau biar dipandang terpelajar, keren, wah oleh orang sekeliling kita karena melanjutkan studi ke luar negeri dan akibatnya harus melepaskan idealisme bahkan menggadaikan agama, semuanya menjadi hal yang tidak berguna. Paling cuman hanya 5 tahun belajar di luar negeri kemudian kembali lagi, atau bahkan menetap selama 30 tahun kemudian pasti meninggal. Dan semuanya harus dipertanggung jawabkan.
Juga tidak harus kita mengalami penderitaan yang begitu berat, yang sebenarnya tak sanggup untuk dijalani, namun dengan tujuan menunjukkan ketegaran sehingga penderitaanpun dijalani dengan muka tersenyum tapi hati menangis teriris, sampai-sampai kesehatanpun terabaikan. Padahal tak ada tawar-menawar dalam hal agama, prinsip dan kesehatan. Semuanya menjadi identitas kepribadian.
Pernah dosen kawanku di jogja curhat kepada muridnya, “saya mengambil pendidikan di UGM sampai S3, ngapain jauh-jauh keluar negeri, nyaman sekali tinggal di jogja ini”. Sampai-sampai kawanku berkeinginan kembali ke jogja walaupun kampungnya di palembang, karena memang sangat nyaman, penduduk yang ramah, makanan yang sedap pokoknya zona nyamanlah. Bukankah itu lebih baik daripada harus bersusah-susah banting stir ke negeri orang.
Namun, ada satu pesan yang menggugah dari dosenku “lebih bagus kita keluar dari comfort zone, sehingga potensi kita akan meledak dan pengetahuan kita akan lebih luas”, bagi yang suka tantangan dan tidak menginginkan hidup biasa-biasa saja, mari berpetualang. Namun kalau memang batin dan raga ini tidak siap, jangan sungkan-sungkan untuk mundur, karena “ketika satu pintu tertutup, maka akan ada 1000 pintu lainnya yang akan dibukakan, sayangnya kita terpaku pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu yang dibukakan untuk kita “ Keep Struggle Bro..
Kamis, 26 Agustus 2010
Geram Sangat
Seperti biasa ketika sore sudah menjelang, ketika jam dinding di kantorku menunjukkan jam 5 kami langsung bergegas mengejar shuttle bus menuju NTU dan dilanjutkan jalan kaki di mesjid. Setelah turun dari bus tiba-tiba seorang pemuda rapi menggunakan masker menegurku:
….. : “you can speak chinese ?”
Me : “no, I can't”
….. :“so you only speak english”
Me : “yes”
…. : “I just wanna explain about bible..”
Me : “I'm sory...?”
…. : “I just wanna tell you about bible..”
Me : “about whaaat..?”
…. : “bible..”
…. : “.... no, Sorry, I'm Moslem”
Dasar misionaris, puasa-puasa ada aja kejadian aneh yang terjadi. Dalam hatiku setelah berlalu dari misionaris tersebut bergumam, dalam Islam aja masih banyak yang harus dipelajari dan di hafal, mana sempat belajar yang gituan.
Memang di Taiwan sedang gencar-gencarnya kristenisasi dan yang menariknya adalah misionarisnya pemuda tampan berpakaian rapi, dengan setelan jas bak kerja di kantoran. So don't judge the book by the cover..!
Senin, 23 Agustus 2010
KDEI
Setelah shalat jumat, dari mesjid aku langsung nebeng di sepedanya mas Feri, mahasiswa UGM yang lagi ambel master di National Taiwan University Science and Technology (NTUST), menuju dormnya NTUST. Perjalanan begitu syahdu bak 2 insan yang sedang berbulan madu (hahaha.. akal2 aja ni kata2). Pokoknya kita banyak cerita selama perjalanan, karena dari mesjid menuju NTUST melewati kampusnya NTU, makan waktu sekitar 20 menit. duh sayang juga bang Feri yang sanggup mengayuh sepedanya sambel memboncengi diriku yang berat badannya 2 kali berat badan beliau, “udah bang, biar tfik aja yang bawa sepedanya, apalagi ni puasa, capek bang..” selaku di tengah perjalanan “ gak papa, lebih capek lagi taufiq bawa sepeda, kan ga tau jalan, hehe..” betul juga tu..
Setelah sampai di asrama bang Feri, kami langsung istirahat di 222. di dalam kamar tersebut dihuni oleh 5 mahasiswa Indo, ada pak tri, bang fadlil, serta mahasiswa-mahasiswa harapan bangsa kedepan. Sambil istirahat kami melanjutkan diskusi bersama bang Feri, mulai dah diskusi masa depan antara dua mahasiswa kritis indonesia, mulai dari sejarah pribadi, permasalahan masyarakat, kebiasaan buruk pemerintah dan masa depan kita-kita di kampus di bahas tuntas. Wah, melebar kemana-mana tu diskusi. Tapi aku semakin sadar, bahwa banyak yang harus diperbaiki termasuk diri sendiri.
Sore menjelang, jam sudah menunjukkan jam 4, aku bertanya ke bang fadlil, “udah masih shalat ashar bang ?”, “udah, yok kita shalat”, jawab bang fadlil. Lantas aku bangun dan keluar, “dimana mushalla nya bang?”, sambil tersenyum bang fadlil menjawab “disini mushallanya”. Rupanya kamar 222 ini adalah mushalla, karena cuma kamar ini yang di huni oleh semua mahasiswa indo dan islam semuanya.
Setelah shalat ashar, kami menuju ke depan asrama, sudah menunggu mahasiswa lain termasuk bu husni dan kawanku. Kami menuju KDEI menggunakan MRT, kendaraan andalanya penduduk taiwan. Di KDEI rupanya telah menunggu banyak kawan-kawan indo lainnya, rata-rata pekerja semua. Setelah acara seremonial berakhir bertepatan dengan waktu berbuka, kami langsung menyantap makanan berbuka yang tentunya khas indonesia, ada risol, teh (manis), kurma dan kue lainnya. Setelah magrib, mulailah makan besar. Rupanya menunya tak terduga, ada sate berserta kecapnya yang khas, ayam goreng, mie goreng, rendang, soto, gado-gado, dan makanan penutupnya ada es buah. Full tank dah malam ni.
Sambil menunggu shalat isya, aku berkenalan dengan seorang bapak asal ternate tapi tinggal di bogor. Pak azis rupanya seorang ABK kapal kargo. Alhamdulillah ramadhan kali ini kami tidak melaut, biasanya ramadhan tahun-tahun kemarin kami di laut, makin besar tantanganya kalau puasa di laut, gerah, panas dan semua awak kapal bukan muslim, tapi saya tetap berpuasa, pungkas pak azis. “pak, negara-negara mana aja yang udah di kunjungi ?” saya mulai melaut dari tahun 1994, pertama kali taiwan, korea, jepang, belanda, amerika, inggris dan banyak negara lainnya. Dalam hatiku bergumam, wah, rupanya ada cara lain untuk bekeliling dunia bukan hanya seperti yang diceritakan dalam “sang pemimpi”. “disetiap negara ada orang indonya pak ?”, ada, terutama mahasiswanya. Paling banyak di belanda, tambah pak azis mengahiri diskusi kami malam itu.
Setelah melaksanakan shalat isya dan tarawih, jam pun menunjukkan pukul 9 malam, kami rombongan mahasiswa pun pamitan. Sebelum pamitan, rupanya aku dikejutkan dengan hadiah makanan untuk sahur, ada esbuah, soto dan rendang. Wah.. mantap euy. Alhamdulillah malam itu ditutup dengan senyum berkah.
Selasa, 17 Agustus 2010
Mari Explore Taiwan..!!
Pada pagi jumat, setelah pamitan pada Mr. Marr kami langsung bergegas menuju freebus yang ada di kantorku menuju National Taiwan University (NTU) dan selanjutnya naek bus lagi menuju Mesjid. Setelah shalat jumat selesai, kami bertemu bang Deni dan Bang ikram mahasiswa aceh yang ambel S3 dan S2 di Hsinchu memang kami sudah janjian untuk ketemu di mesjid karena kami ingin liburan ke Hsinchu, tempat dosen dan kawanku. Sebelum berangkat, kami mampir dulu ke Nova, pusat perbelanjaan elektronik dekat main statiun, barangnya banyak, bagus-bagus dan pastinya miring harganya. Salah satu elektronik yang menjadi incaran mahasiswa aceh adalah HTC, smartphone buatan taiwan. Bang deni aja udah beli seri terbarunya, dalam hatiku bergumam “segera setelah gajiku cair, akan aku bawa pulang ni smartphone” Amiin ya Rabb..
Setelah membayar 105 NT atau sekitar Rp. 32.000 kami melanjutkan perjalanan ke Hsinchu, busnya cukup mewah untuk ukuran 1 jam perjalanan, aku saja sampai tertidur nyenyak. Setelah turun di persimpangan jalan, kami melanjutkan dengan berjalan kaki menuju apartemen dosenku di Hsinchu, lumayan olahraga sebelum buka puasa. Setelah sampai di apartemen dosenku bersamaan dengan waktu buka puasa, langsung kami menyantap makanan berbuka yang sudah di sediakan, selain makanannya yang kami rindukan juga suasana keakrabannya menjadi warna baru. Mungkin pembaca sekalian bisa melihat bagaimana hangatnya suasana waktu itu di FB ku.
Setelah shalat isya, dosenku mengajak kami untuk masak mie aceh ala Taiwan. Segera kami berbagi tugas untuk cang bawang, rebus mie, beli air (gada hub ya..?) dan berbagai macam kegiatan mendukung lainnya. Akhirnya santapan malam itu kami tutup dengan Mie Aceh ala Taiwan buatan bersama, “sang Mie Razali kajeut buka cabang di Taiwan” ..
Paginya explore Taiwan pun dimulai, dengan menggunakan bus mewah kami berangkat ke Taichung, memakan waktu perjalanan sekitar 2 jam. Setelah bingung mencari bus selanjutnya kami melanjutkan perjalanan ke tempat wisata “Sun Moon Lake” yang memakan waktu sekitar 2 jam juga. Kalau bisa diilustrasikan di aceh, pada hari itu kami melakukan perjalanan dari Banda ke Takengon dengan bus mewah.
Sun Moon Lake memang tempat yang indah, pertama kami meggunakan boat untuk menyembrangi danau, kemudian dilanjutkan dengan naik gondola (flying Box) menuju puncak gunung dan kembali lagi dengan flying box, karena suasanya hujan kami harus berteduh sebentar. Setelah menunggu bus sekitar 1 jam (melelahkan memang, ditambah suasana rintik-rintik)kami kembali ke tempat perberhentian semula untuk kembali pulang ke Taichung. Dilanjutkan dengan belanja sovenir dan belanja untuk bukaan, karena jam sudah menunjukkan jam 6 sore.
Akhirnya iftar pada hari itu kami laksanakan di dalam bus menuju Taichung, memang beberapa penumpang ada yang heran, ketika kami naik ke dalam bus tidak ada yang makan, tapi ketika sudah jam 6.32 kami semua minum dan makan, bunyi kantong plastik serentak terdengar. Itulah pengalaman pertamaku berbuka puasa di dalam bus di kampung orang.
Sampainya di Taichung sekitar jam 8 Bu Lidar menginstruksikan kami untuk mencari restoran indo untuk makan malam, segera bang Ali dan Mulqan kawanku membimbing kami ke pusat resto indonesia, memang luar biasa, ada resto padang, ada bakso dan ada market indo juga di sekitar daerah tersebut. “jeh, kok kalian tau tempat ini?” tanyaku kepada kawanku “iyalah, kami kan udah dapat KTP Taiwan, jadi tau seluk beluk Taiwan” hahaha.. ya sudahlah, pokoknya malam itu kami makan besar di resto Indonesia.
Dari taichung kami harus kembali naik bus menuju hsinchu tempat apartemen dosenku, setelah sempat kebingungan mencari bus di malam hari dan dosenku sempat bertanya ke bang Ali “katanya udah dapat KTP Taiwan,kok nyari bus lama”, setelah sama-sama mencari dimana bus berada kami akhirnnya menuju bus statiun, pilihan yang tepat.
Karena bus pertama jam 9 sudah penuh hanya muat untuk keluarga dosenku maka aku bang ali dan mulqan harus naik bus yang jam 10, nunggu bentar di bus statiun sambil cerita-cerita pengalaman di Taiwan. Akhirnya kami sampai di apartemen dosenku jam 12 malam. Setelah merendam kaki di air panas agar besok bisa melanjutkan explore Taiwan, rencananya kami ga tidur, karena sahur jam 3, jadi kami nonton bola bareng di ruang keluarga. Setelah 15 menit nonton semuanya pun terlelap. Hehehe..
hari minggu kembali mengeksplore taiwan ke daerah Taipei, sekalian mengantarku pulang. Kami berangkat agak siang karena istirahat dulu biar bisa jalan-jalan, makan-makan bersama Tong Piyen, sebutan gengnya Aceh di Taiwan. Hehehe
Setelah berjumpa bu husni di MRT statiun kami dituntun ke tokonya handycraft. berbagai macam kerajinan taiwan mulai dari pernak-pernik, lukisan dan baju ada, semuanya belanja pada hari itu, sampai di kasir aku iseng bertanya dalam bahasa inggris “karena kami belanja banyak, dapat diskon harga ga? Atau bonus?” si kasir menjawab, kalau harga ga bisa diskon, tapi saya bisa kasih hadiah kecil. Senang rasanya..
karena sore sudah menjelang kami bergegas menuju Mesjid besar, biasa mahasiswa hobinya cari yang gratis apalagi di negeri orang, sekalian shalat bareng plus silaturrahim. Setelah magrib dan makan di mesjid kami melanjutkan perjalanan ke Main Statiun, karena kawanku ingin belanja lagi dan sekalian kembali ke hsinchu.
Setelah naik bus di halte sekitar mesjid, ada perasaan yang kurang yang aku rasakan. Rupanya tas belanjaanku tertinggal di halte, Ya Allah.. segera kupencet bel bus, dan aku berpesan ke kawanku “kita jumpa di underground mall di main statiun ya”. Segera kaki ini melangkah untuk kembali ke halte dekat mesjid dan Alhamdulillah tasnya masih ada, memang orang Taiwan jujur-jujur..
setelah sampai di main statiun, aku berjalan sekitar 2 kilo untuk mencari dimana kawanku berada, memang undergroundnya luas kali, sempat aku sms kawanku “ya udah, aku balek aja” tiba-tiba dalam perjalanan kami berjumpa di Y, rupanya underground mall nya dari A-Z dan setiap hurufnya ada anak2nya lagi misalnya Y aja ada sampai Y20 banyangkan seberapa besarnya..!!
setelah belanja seperlunya kami langsung pisah, kawanku menuju bus statiun untuk ke hsinchu dan aku ke MRT statiun untuk ke Nangang. Memang weekend yang melelahkan dan menghabisakan banyak tenaga plus biaya. Pengalamanya pun tak terduga, kalau ada tes kewarganegaraan taiwan, mungkin aku lulus dan mendapatkan KTP Taiwan setelah menjalani weekend yang mengesankan ini...
Kamis, 12 Agustus 2010
Nikmatnya Ramadhan di Kampung Orang.
Ramadhan pertamaku di warnai dengan kejadian yang kuharap tak pernah terjadi, yaitu salah naik bus. Pada siang hari, ada sesuatu yang ketinggalan di kamarku, sehingga aku harus kembali dari kantor ke asramaku, untuk menghemat waktu dan tenaga pada saat istirahat makan siang aku langsung bergegas ke halte bus dan menunggu bus yang jurusannya ke asramaku. Akhirnya datang juga bus yang aku harapkan, segera kulangkahkan kaki ini ketika pintu bus di buka. Setelah berjalan sekitar 5 menit, rupanya bus tersebut berbelok ke arah lain, bukan ke arah asramaku dan aku terkejut serta langsung melihat kembali nomor bus tersebut, rupanya aku salah naik bus. Langsung ku pencet bel dan pak supirpun langsung memberhentikan busnya di halte berikutnya. Sambil tersenyum aku keluar dari bus. Sungguh pengalaman yang seharusnya tak terjadi, terima kasih kepada pak supir yang dengan gaya yang elegan tidak memberitahukanku bahwa aku salah jurusan. Akhirnya aku pulang ke asramaku dengan jalan kaki, karena takut salah naik bus lagi..
Di bulan ramadhan biasanya seluruh mahasiswa asing dan muslim yang ada di Taipei berbuka puasa di mesjid besar, selain untuk silaturrahim dengan sesama muslim juga karena ada bukaan gratis yang disediakan oleh pengurus mesjid. Info ini aku dapatkan dari mahasiswa Indo yang ramadhannya sudah beberapa kali di Taipei. Oleh karena itu kami minta izin untuk pulang lebih awal kepada mr. marr dan Lucien, big bos dikantorku.
Setelah menghabiskan satu jam perjalanan akhirnya kami tiba di Mesjid besar Taipei. Meja telah tersusun rapi beserta mangkuk ala china plus sumpit di sampingnya, disetiap meja ada 11 mangkuk yang berartikan ada 11 orang yang akan duduk di setiap mejanya. Ada kawanku yang berpesan, kalau mau buka di mesjid besar, segera duduk dan mengambil mangkuk yang ada di meja, itu menandakan bahwa kita telah mendapatkan karcis untuk buka puasa gratis.
Memang ada beberapa peraturan untuk buka puasa disini, yaitu tidak berisik ketika berbuka, tidak makan makanan yang kita sukai saja dan meninggalkan yang tidak kita sukai, menjaga sampah hasil makanan kita, dan peraturan-peraturan yang lazim lainnya seperti berdoa dahulu sebelum berbuka.
Setelah azan dikumandangkan langsung kami menyantap menu berbuka, mau tau menunya? Ada teh pahit, bubur, delima dan kurma, dalam hatiku bergumam, segini mana cukup untuk berbuka? Perlu tambahan extra large untuk memenuhi kebutuhan makananku.
Rupanya hidangan tadi hanya hidangan pembuka, setelah shalat magrib selesai kami kembali duduk di tempat mangkuk masing-masing, rupanya di atas meja sudah ada hidangan bihun, nasi, dan sayur-sayuran yang ditumis, dalam hatiku kembali bergumam, duh, tak apalah yang penting ada makan nasi walau ikanya sayur-sayuran, jadi vegetarian skali-skali. Hehehe
lalu kejutan itupun datang, daging rendang dan sop ayam pun dihidangakan di atas meja. Semua orang yang ada di mejaku pun antri untuk mengambilnya. Tak bertahan lama rendang pun tak tersisa, aku berpikir hari ini cukup sekian makananku. Rupanya datang lagi bala bantuan daging rendang yang dihidangkan di mejaku, tak berpikir lama tambah lagi eeuuy..memang makan besar hari ini. Setelah proses pembantaian selesai, dilanjutkan dengan isya dan tarawih bersama. Alhamdulillah, nikmatnya ramadhan di kampung orang...
Selasa, 10 Agustus 2010
Puas Menjadi Mahasiswa
Hari minggunya kami mengunjungi kebun binatang Taipei, memang kebun binatangnya tak begitu mengesankan tapi ada hal yang menakjubkan di luar kebun binatang. Aku tak tau persis apa nama bahasa Indonesianya, kalau disini namanya Gondola. Semacam box yang berjalan di udara yang ditarik dengan tali menuju puncak gunung. Seperti flying box lah. Mungkin di dufan ada. Serunya kami hanya membayar 50 NT (Rp. 15.000) untuk sekali naik ke puncak gunung tertinggi yang memakan waktu 30 menit, dalam perjalanan nampak begitu indahnya hutan Taipei dan kotanya, 101 juga nampak. Subhanallah...baru terasa nikmatnya menjadi mahasiswa. Tak terhitung berapa kali tangan ini memencet tombol kamera untuk mengambil gambar pemandangan Taipei dari udara.
Jumat, 30 Juli 2010
Catatan Aktifis Muda Indonesia
Setelah menjalani 3 tahun menjadi organisator yaitu tempat bernaungnya aktifis, terlalu banyak pendidikan yang diberikan dan hikmah yang didapat. Sebagianya telah tertulis pada artikel sebelumnya. Melalui tulisan ini, diri ini hanya ingin memberikan saran yang bermanfaat kepada pembaca sekalian, khususnya bagi adik-adikku yang sedang menempa dirinya di organisasi atau kepada mahasiswa baru yang sebentar lagi akan masuk ke dalam sarangnya akademisi.
Menjadi pribadi, mahasiswa atau aktifis hendaknya memiliki criteria berikut :
Pertama, Iman dan Taqwa. Imtaq ini lah yang menjadi identitas kita, warna kita dan kepribadian kita yang utuh. Pengalamanku sudah membuktikan bahwa semua orang menghargai keimanan yang kita pegang, pada saat di jepang, profku mengizinkan kami untuk permisi untuk shalat di mesjid sekitar kampus, bahkan ia menyediakan kepada kami sebuah tempat untuk masak dan berbuka puasa, karena pada saat itu ramadhan sedang menjelang. Sekarang juga, para peneliti di Academia Sinica juga respect terhadap ibadah yang kami lakukan. Mereka menyediakan tempat untuk shalat, kemarin tempat shalatku diganti ke pustaka karena mereka mengira pustaka lebih nyaman untuk shalat dibandingkan tempat yang lain. Tapi tadi aku meminta agar kami bisa shalat di lantai 6 karena tempatnya lebih nyaman karena di ujung dan mereka menyetujuinya serta memberitahukan kepada professor yang ada di lantai 6 bahwa kami akan shalat 2 kali di tempat tersebut.
Salah satu dosen favoritku di jurusan fisika pernah bercerita saat aku melapor bahwa kami akan ke Taiwan untuk magang. “sewaktu saya di itali, saya minta izin ke professor saya untuk shalat jum’at di roma, karena jarak roma ke kantor saya jauh, jadi saya sampaikan ke prof saya bahwa pada hari jum’at saya hanya bisa masuk kantor ½ hari, jika anda memerlukan saya maka saya akan masuk kantor pada hari sabtu” hanya itu yang disampaikan dosenku kepada profnya, dan profnya setuju, hasilnya sekarang dosen ku ditawarkan postdoc lagi ke perancis, sesuatu yang patut di tiru.
Memang kita harus membaur kepada siapapun, tetapi ingat membaur bukan berarti melebur, warna kita harus tetap jelas walaupun di kelilingi orang-orang dengan berbagai macam kepercayaan atau bahkan tidak memiliki sama sekali.
Kedua, English. Sesuatu yang sangat sering diucapkan oleh anak-anak kampus. Walaupun ada yang menyatakan bahasa arab lebih banyak manfaat. Memang betul, bahasa arab adalah ibunya segala bahasa. Tapi posisi kita sekarang dibawah kawan-kawan kita, dosen saya banyak yang berkata “we have to be educated people”. Negeri kita belum maju dalam hal ilmu pengetahuan apalagi science, tugas kita untuk membangunnya dengan menjembatani ketimpangan yang terjadi dan itu harus kita lakukan dengan meningkatkan potensi diri salah satunya kecakapan bahasa.
Bahasa juga menjadi alat untuk survive, di Negara dengan semua penduduknya menggunakan bahasa cina seperti Taiwan, sangat susah bertahan tanpa bahasa inggris. Mr. Marr pernah berpesan, jika aku tersesat maka bertanyalah kepada remaja yang ada, karena kebanyakan dari mereka bisa berbahasa inggris.