Tak ada orang yang ingin hidupnya tidak bahagia. Semua orang ingin bahagia. Namun hanya sedikit yang mengerti arti bahagia yang sesungguhnya. Hidup bahagia merupakan idaman setiap orang, bahkan menjadi simbol keberhasilan sebuah kehidupan. Tidak sedikit manusia yang mengorbankan segala-galanya untuk meraihnya. Menggantungkan cita-cita menjulang setinggi langit dengan puncak tujuan tersebut adalah bagaimana hidup bahagia. Hidup bahagia merupakan cita-cita tertinggi setiap orang baik yang mukmin atau yang kafir kepada Allah . Apabila kebahagian itu terletak pada harta benda yang bertumpuk-tumpuk, maka mereka telah mengorbankan segala-galanya untuk meraihnya. Akan tetapi tidak dia dapati dan sia-sia pengorbanannya. Apabila kebahagian itu terletak pada ketinggian pangkat dan jabatan, maka mereka telah siap mengorbankan apa saja yang dituntutnya, begitu juga teryata mereka tidak mendapatkannya. Apabila kebahagian itu terletak pada ketenaran nama, maka mereka telah berusaha untuk meraihnya dengan apapun juga dan mereka tidak dapati. Demikianlah gambaran cita-cita hidup ingin kebahagiaan. Apakah tercela orang-orang yang menginginkan demikian? Apakah salah bila seseorang bercita-cita untuk bahagia dalam hidup? Dan lalu apakah hakikat hidup bahagia itu? Pertanyaan-pertanyaan ini membutuhkan jawaban agar setiap orang tidak putus asa ketika dia berusaha menjalani pengorbanan hidup tersebut.
Kebahagiaan bukan pada istana ‘Abdul Malik bin Marwan, bukan pada pasukan Harun Ar-Rsyid, bukan pada rumah Ibnul Jashshash, bukan pula pada harta simpanan Qarun, kebahagiaan juga bukan pada Kitab Asy-Syifa’ Ibnu Sina, bukan pada diwan mutanabbi, dan bukan pula pada taman-taman Cordova atau kebun-kebun yang berbunga.
Kebahagiaan ada pada diri sahabat sekalipun minim sumber daya mereka, gersang penghidupannya, minim pemasukannya, dan rendah daya belinya. Kebahagiaan itu timbul karena hati terhibur oleh kebenaran yang dijalaninya, dada menjadi lapang karena prinsip yang diyakininya, dan kalbu menjadi tenang karena kebaikan yang dimilikinya.
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni'matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS.28:77)
Bila anda selalu mengingat semua nikmat yang telah diberikan Allah kepada anda, niscaya anda akan mendapatkannya meliputi diri anda, mulai dari bagian atas hingga bagian bawah kedua telapak kaki anda. Demikian besar nikmat Allah yang telah dianugrahkan kepada anda. Dunia ini beserta isinya telah diciptakan untuk anda, tetapi anda tidak menyadarinya. Anda memiliki kehidupan tetapi anda tidak mengetahuinya.
Pikirkanlah pendengaran anda yang begitu peka, sesungguhnya ia terhindar dari ketulian. Renungkanlah penglihatan anda yang begitu tajam, sesungguhnya ia selamat dari kebutaan. Lihatlah kulit tubuh anda yang begitu mulus, sesungguhnya ia terhindar dari penyakit sopak dan lepra. Perhatikan akal anda yang begitu sehat sesungguhnya anda beroleh nikmat dengan kesehatan-Nya dan tidak sengsara karena menderita penyakit gila atau gangguan kejiwaan lainnya.
Maukah anda bila hanya indera penglihatan anda semata ditukar dengan emas sebesar bukid Uhud? Sukakah bila indera pendengaran anda dijual dengan perak sebesar gunung Tsahlan? Maukah anda bila lidah anda ditukar dengan istana Zahra sehingga anda menjadi bisu? Maukah kedua pergelangan tangan anda yang utuh diamputasi hingga anda menjadi seorang yang tidak bertelapak tangan?
Apakah anda menganggap mudah berjalan dengan kedua telapak kaki anda, sementara banyak telapak kaki lain yang diamputasi? Apakah anda menganggap remeh bila dapat tidur dengan nyenyak, sementara banyak orang lain yang tidak dapat tidur karena rasa sakit yang dideritanya? Memangnya mudah memenuhi perut anda dengan makanan yang lezat dan minuman yang sejuk, sementara masih banyak orang yang mengalami hambatan dalam menyantap makanan dan meneguk minumannya karena penyakit dan gangguan yang dideritanya?
Manakala anda telah mengenal Allah , menyucikan-Nya, dan menyembah-Nya, niscaya anda akan mendapatkan kebaikan, kebahagiaan, ketenangan dan keteduhan, sekalipun anda tinggal di rumah yang sangat sederhana. Sebaliknya, jika anda hidup menimpang, sekalipun anda tinggal di dalam istana yang paling modern dan rumah yang paling modern dan rumah yang paling luas serta di sisi anda terdapat semua yang anda inginkan. Ketahuilah bahwa kesudahan anda pasti pahit dan kesengsaraan anda akan menjadi kenyataan, karena sesungguhnya sampai sejauh itu anda masih belum memiliki kunci kebahagiaan.
Sebenarnya engkau adalah orang yang paling beruntung, orang yang paling kaya, orang yang paling sempurna, engkau berada dalam kenikmatan yang berlimpah dan karunia yang sangat besar. Anda hidup dirudung kesusahan, kegelisahan, kesedihan dan kedukaan, padahal anda memiliki roti yang hangat, air yang sejuk, dapat tidur nyenyak, dan beroleh kesehatan yang berlimpah. Anda memikirkan nikmat yang tidak ada dan tidak pernah mensyukuri nikmat yang ada. Anda memiliki kunci kebahagiaan, segudang kebaikan, bakat, nikmat dan segala sesuatu yang lainnya. Oleh karena itu, merenunglah dan bersyukurlah anda!
Makalah ini kami tulis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas dan untuk mengingatkan tiap diri yang sedang berjalan menapaki bumi Allah yang sedang mencari kebahagiaan hakiki. Bukan bermaksud untuk menggurui tapi menjadi bahan koreksi kita semua. Di samping itu juga sebagai tugas yang diberikan kepada kami untuk membahas masalah ini dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Banyak tips-tips yang jitu dalam meraih kebahagiaan di dunia ini, Namun dibalik itu semua, hakikat kebahagiaan terletak pada diri kita sendiri. Ada yang mengatakan bahwa orang yang agamis tidak akan pernah mengalami kesedihan. Oleh karena itu mari kita isi hati dan pikiran kita dengan keimanan dan ketakwaan karena ia akan menyejukkan dan membahagiakan diri kita. La Tahzan ya Akhi...!!
Pembahasan mengenai seluk-beluk bagaimana meraih kebahagiaan akan di bahas berikut ini. Tak lupa pula kami tuliskan kesimpulan makalah ini beserta saran yang dapat kami berikan bagi para pembaca.
1. RIDHALAH kepada Allah
Keridhaan akan menghasilkan buah iman yang banyak lagi belimpah. Pelakunya menjadi terangkat karenanya hingga mencapai kedudukan yang paling tinggi. Ia menjadi orang yang mempunyai kemantapan dalam keyakinannya, ia memiliki tekad yang kokoh, dan jujur dalam semua hal, baik yang menyangkut tentang ucapan, perbuatan maupun sepak terjangnya.
Ketahuilah bahwa ridha seorang hamba kepada Tuhannya Yang Maha Suci lagi Maha Bijaksana dalam semua keadaan, akan membuahkan Ridha Allah kepadanya. Apabila seorang hamba ridha kepada Tuhannya, maka Allah pun akan ridha kepada hamba tersebut.
Sikap tidak ridha adalah pintu masuk kesusahan, kecemasan, kesedihan, kehancuran hati, kegersangan perasaan dan persangkaan yang bukan-bukan kepada Allah . Seorang hamba tidak berhak mengatur ketetapan Allah dan keputusan-Nya, sehingga dengan seenaknya dia menerima apa yang disukainya atau menolak apa yang tidak disukainya. Sesungguhnya manusia itu tidak mempunyai pilihan, melainkan pilihan itu hanya milik Allah .
Sesungguhnya kepuasan jiwa tidak dapat direlisasikan dengan melawan arus taqdir dan menentang ketetapan Allah . Kepuasan jiwa akan terpenuhi hanya dengan sikap berserah diri dan patuh dan menerima apa yang telah digariskan-Nya. Sebab yang mengatur semua urusan adalah Allah . Ridha memastikan yang bersangkutan memperoleh ketenangan dan kesejukan kalbu. Ia akan bersikap tenang, tegar dan teguh saat diguncang oleh cobaan, diterpa oleh berbagai permasalahan dan menghadapi berbagai peristiwa.
2. Tentramkan hati anda
Seorang cendekiawan Inggris mengatakan: “meskipun anda berada dalam penjara di balik terali besi, anda masih bisa melayangkan penglihatan anda ke arah cakawala atau mengeluarkan bunga melati dari kantong anda, lalu anda cium baunya yang harum dan tersenyum. Meskipun anda berada dalam istana dengan mengenakan pakaian yang mahal dari kain suta yang tebal bisa saja anda berbelasungkawa atau marah dan mengamuk karana emosi terhadap urusan rumah tangga, keluarga, harta dan benda anda.”
Jadi, kebahagiaan itu tidak terletak pada zaman atau tempat, tetapi terletak pada iman, ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Membalas, dan berada di dalam kalbu, karena kalbu adalah subjek penilaian Tuhan. Apabila keyakinan kita menetap di dalam kalbu, akan tumbuhlah rasa bahagia yang mensuplai kedalam relung-relung jiwa dan raga yang melahirkan perasaan lapang dan ketenangan.
Ahmad bin Hanbal hidup bahagia, padahal pakaian putih yang dikenakannya penuh dengan tambal sulam-sulam yang dijahit dengan tangannya sendiri. Tempat tinggal yang dihuninya terbuat dari tanah liat yang memiliki tiga kamar dan makan yang dimilikinya hanyalah sepotong roti dan minyak. Adapun sepatunya menurut ungkapan para penutur riwayat hidupnya, dikenakan olehnya selama tujuh belas tahun yang dibuat dan dijahit dengan tangannya sendiri. Beliau makan daging hanya sebulan sekali. Sebagian besar hari-hari yang dijalaninya dalam sebulan dijalani dengan shaum. Dia datang dan pergi dalam menjelajahi dunia dalam rangka mencari Hadits. Sekalipun demikian, ia merasa hidup senang, teduh, mantap, dan tenang karena ia memiliki hati yang kokoh, cita-cita yang tinggi, mengetahui kesudahannya, memburu pahala mencari imbalan, dan beramal untuk akhirat dan merindukan syurga.
Di antara buah keimanan adalah seorang hamba masih tetap terhibur hatinya saat tertimpa musibah. Semua kesulitan dan musibah yang dihadapinya terasa ringan dan mudah olehnya. Dia menyadari bahwa musibah yang menimpa dirinya bukanlah hal yang nyasar tanpa tujuan dan bahwa musibah yang luput darinya memang bukan ditujukan kepada dirinya. Oleh karenanya, dia akan ridha dan pasrah kepada taqdir yang menyakitkan sekalipun. Dia hadapi musibah yang mngejutkan itu dengan mudah karena semua itu datangnya dari sisi Allah dan menjadi penyebab yang menghantarkannya untuk dapat meraih pahala-Nya melalui musibah itu
3. peliharalah pikiranmu
Termasuk nikmat yang paling besar dalam hidup ini adalah memiliki kalbu yang selalu gembira lagi penuh dengan tenang dan tentram. Sesungguhnya hati yang selalu gembira akan melahirkan rasa percaya diri, membuahkan hasil yang baik dan membuat jiwa menjadi cerah. Banyak orang yang mengatakan bahwa sesungguhnya untuk meraih kegembiraan itu memerlukan seni tersendiri yang harus dipelajari. Barang siapa yang mengetahui cara mendatangkan, meraih, dan mendapatkannya niscaya ia akan beruntung karena beroleh kehidupan yang cerah, penghidupan yang menyenangkan dan berbagai kesenangan dari depan dan belakangnya.
Milton, seorang penyair Inggris, mengatakan bahwa sesungguhnya akal manusia dengan kemandiriannya mampu mengubah surga yang ada dalam dirinya menjadi neraka dan mengubah neraka menjadi surga. Oleh karena itu di antara hal pokok dalam seni meraih kegembiraan adalah anda mengekang dan menjaga pemikiran anda agar tidak lari dan lepas kendali. Demikian karena sesungguhnya jika anda membiakan pikiran anda dan apa yang disukainya, niscaya ia menjadi melarat tanpa kendali. Ia akan membuka semua arsip kesedihan dan membacakan kepada anda semua catatan tragedi yang terjadi semenjak anda dilahirkan. Sesungguhnya pemikiran itu apabila dibiarkan liar, tentu ia akan mengembalikan anda kepada masa lampau yang penuh dengan luka dan akan membukakan masa depan bagi anda dengan perasaan takut, sehingga akan mengguncangkan sendi-sendi kekuatan anda dan menggoyahkan eksistensi serta membakar perasaan anda. Oleh karena itulah, kendalikan pikiran anda dengan mengarahkan untuk melakukan pekerjaan yang membuahkan hasil yang menguntungkan dengan kesungguhan dan konsentrasi penuh. Hal pokok lainnya berkenaan dengan mempelajari seni kebahagiaan ini adalah memberikan kepada kehidupan ini makna yang sebenarnya dan menempatkannya pada kedudukan yang semestinya. Sesungguhnya kehidupan di dunia ini penuh dengan induk permusuhan, cikal-bakal kedukaan dan sumber malapetaka.
4. FAKTOR PENUNJANG KEBAHAGIAAN
Tidak akan meraih kebahagiaan, tidak akan menemukannya dan tidak akan merasakannya, kecuali orang yang mengikuti jalan lurus yang telah ditinggalkan oleh Nabi muhammad untuk kebahagiaan kita di dunia ini dan pada hari akhirat nanti dalam surga yang penuh dengan kenikmatan. Kebahagiaan yang dirasakan oleh orang yang menetapi jalan yang lurus ini adalah karena ia merasa tentram dengan kebaikan kesudahannya, percaya dengan tempat kepulangannya yang menyenangkan, merasa tenang dengan janji Tuhannya hingga membuat serius dalam menempuh jalan ini.
Beberapa hal yang dapat mendatangkan kebahagiaan:
Amal shalih, sebagai mana yang dijanjikan oleh Allah melalui firman-Nya: “Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan, sedang dia orang mukmin, maka sungguh akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.”(QS.16:97)
Istri yang shaleh, sebagaimana yang diajarkan oleh Allah dalam berdo’a melalui fiman-Nya : “Ya Tuhan kami, jadikanlah istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati kami.”(QS.25:74)
Rumah yang lapang, sebagaimana yang disebutkan dalam do’a Nabi : “Ya Allah, lapangkanlah rumahku untukku.
Penghasilan yang baik (halal), sebagaimana yang ditegaskan dalam sebuah hadits yang mengatakan: “Sesungguhnya Allah itu baik. Dia tidak menerima, kecuali yang baik (Halal).”
Akhlak yang baik dan menyayangi orang lain, sebagai mana yang disebutkan dalam perkataan Nabi Isa yang di sitir oleh firman-Nya :”Dia menjadikan aku seorang yang selalu menebarkan kebaikan dimana saja aku berada.”(QS.18:31)
Bebas dari utang dan tidak boros dalam membelanjakan harta. “Mereka tidak bersikap boros dan tidak pula kikir.”(QS.25:67)
Sesunguhnya diantara petanda kebahagiaan sejati ialah bila kebahagiaan itu abadi sempurna. Kebahagiaan itu abadi bila terus berkesinambungan dari dunia sampai ke akhirat, di alam ghaib dan nyata, hari ini dan esok. Kesempurnaanya senantiasa melekat bila ia tidak dicemari oleh kekeruhan dan keindahan penampilannya tidak tercoreng oleh hal-hal yang tidak disukai. Seoang hamba yang ingin meraih kebahagiaan, keamanan, ketenangan dan kesenangan dalam hidupnya, di tuntut untuk segera membenahi diri guna menggapai keutamaan dan menghiasi diri dengan sifat-sifat yang terpuji dan sepak terjang yang baik. Janganlah anda membuang waktu anda untuk tidak melakukan kebaikan, janganlah anda menunda kesempatan untuk berbuat kebajikan dan jangan pula mengulur waktu umtuk meraih keutamaan
Dalam sebuah hadits mengenai faktor penunjang kebahagiaan disebutkan bahwa : “Barang siapa yang hidup aman di tempat tinggalnya, mempunyai fisik yang sehat, dan memiliki kebutuhan pokok sehari-harinya, maka seakan-akan dunia beserta isinya telah menjadi miliknya.”
Artinya, bila seorang telah mendapatkan kebutuhan pokoknya dan papan untuk berteduh, sedang ia hidup aman, maka sesungguhnya ia telah mendapatakan kehidupan yang terbaik, sarana termulia, dan kebaikan yang paling utama.
Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan jika dada terasa sempit, urusan begitu sulit untuk dipecahkan, dan banyak jebakan yang memperdaya, maka bersegeralah ke tempat shalat. Manakala di hadapan anda hari-hari terasa gelap, malam-malam hari penuh dengan kepekatan, dan semua teman telah berubah sikapnya, maka kerjakanlah shalat.
Dahulu Nabi bila dirudung oleh kesedihan, beliau bergegas menunaikan shalat seraya bersabda kepada Bilal untuk mengumandangkan iqamah. Beliau juga selalu melapangkan dadanya dengan mengerjakan shalat. Beliau melakukan ini seperti saat menghadapi perang Badar, perang Ahzab dan perang lainnya.
Sesungguhnya eksistensi manusia itu sendiri tidak mampu mengubah keadaan, tidak mampu menghadapi berbagai musibah, dan tidak mampu menyelesaikan berbagai problema yang dihadapinya, karena dia dicipatakan dalam keadaaan lemah dan tidak berdaya. Akan tetapi kalau dia bertawakkal kepada Tuhannya, pecaya kepada perlindungan-Nya, dan meyerahkan urusan kepada-Nya, tentulah ia dapat melakukan semua itu. Memang tida daya dan upaya bagi hamba yang miskin lagi hina ini apabila didera oleh berbagai musibah dan diliputi oleh berbagai bencana, melainkan “hanya kepada Allah hendaknya kalian bertawakkal jika kalian benar-benar orang-orang yang beriman.”(QS.5:23).
5. FAKTOR YANG MeNGUNDANG KEGELISAHAN
Namun, dalam kehidupan sehari-hari banyak juga faktor-faktor yang dapat mengundang kegelisahan, keruhnya hati, dan sempitnya dada. Faktor-faktor seperti ini hendaknya harus dihindari, faktor tersebut adalah :
1. Suka mengeluh terhadap qadha’ dan qadar Allah dan merasa tidak puas dengannya.
2. Terjerumus ke dalam berbagai perbuatan maksiat tanpa ada kemauan untuk bertaubat.
3. Dengki kepada orang lain, suka balas dendam, dan iri dengan karunia yang diberikan oileh Allah kepada mereka.
4. Berpaling dari peingatan Allah .
Orang-orang yang celaka dengan pengertian celaka yang sebenarnya hanyalah orang-orang yang mengalami kebangkrutan pembendaharaan imannya dan mengalami kekrisisan dalam modal keyakinannya. Tiada yang dapat membahagiakan jiwa ini, mensucikan, membersihkan dan membuatnya bahagia serta dapat melenyapkan kesusahan, kesedihan dan kegelisahannya, selain iman kepada Allah, Tuhan semesta alam. Tiada berasa hidup ini kecuali dengan iman. Parameter kebahagiaan, kesenangan, dan ketenangan anda dapat diukur melalui kadar keimanan anda sesuai dengan grafik kekuatan dan kelemahannya.
Diantara musuh kegembiraan adalah pemikiran yang picik, pandangan yang kerdil, egoisme yang tinggi, serta lupa daratan dan alam sekitanya. Sudah menjadi kewajiban bagi kita semua untuk melupakan keadan diri sendiri dan membuang jauh penderitaan yang dialami oleh diri kita sehingga kita dapat menghasilkan dua hal yang penting yaitu kebahagian diri kita sendiri dan kebahagiaan bagi orang lain.
7. Simpulan
Berdasarkan paparan yang telah kami tulis dapat disimpulkan bahwa dalam meraih kebahagiaan :
Kebahagiaan hanya terdapat pada orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, pada orang-orang yang mengenal Tuhannya dan pada orang-orang yang lapang dadanya. Kebahagiaan itu timbul karena hati terhibur oleh kebenaran yang dijalaninya, dada menjadi lapang karena prinsip yang dijalaninya, dan kalbu menjadi tenang karena kebaikan yang dimilikinya. kebahagiaan itu tidak terletak pada zaman atau tempat, tetapi terletak pada iman, ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Membalas, dan berada di dalam kalbu, karena kalbu adalah subjek penilaian Tuhan. Apabila keyakinan kita menetap di dalam kalbu, akan tumbuhlah rasa bahagia yang mensuplai kedalam relung-relung jiwa dan raga yang melahirkan perasaan lapang dan ketenangan.
Hal pokok dalam seni meraih kegembiraan adalah anda mengekang dan menjaga pemikiran anda agar tidak lari dan lepas kendali. Demikian karena sesungguhnya jika anda membiakan pikiran anda dan apa yang disukainya, niscaya ia menjadi melarat tanpa kendali. Ia akan membuka semua arsip kesedihan dan membacakan kepada anda semua catatan tragedi yang terjadi semenjak anda dilahirkan. Kebahagiaan itu teletak pada pengorbanan, kemampuan mengekang kesombongan, keinginan menebar kebajikan, usaha mencegah gangguan, serta sikap menghindari egoisme dan mementingkan diri sendiri.
Kebahagiaan dapat diraih sesudah berhasil menanggulangi semua hambatan dan menundukkan semua kesulitan. Kenikmatan yang diraih sesudah mencapai kemenangan memang kenikmatan yang tiada taranya, sebagaimana kegembiraan yang didapat sesudah mencapai kebehasilan memang merupakan kegembiraan yang tiada taranya pula.
Kunci kebahagiaan adalah satu kalimat, peninggalan agama adalah satu ungkapan, dan panji keberuntungan adalah satu jumlah. Kalimat, ungkapan, dan jumlah yang dimaksud adalah ucapan : “Tidak ada Tuhan Selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah.
8. Saran
Sebagai upaya dalam mengkoreksi diri dan meraih kebahagiaan serta kehidupan yang lebih bermakna maka kami menyarankan kepada diri kami sendiri dan kepada pembaca sekalian agar :
Duduklah di malam hari untuk memohon ampun kepada Allah. “Dan orang-orang yang beristigfar pada waktu sahur.”(QS.3:17)
Menyendirilah untuk bertafakkur. “Mereka bertafakkur tentang penciptaan langit dan bumi.”(QS.3:191)
Bergaullah dengan orang-orang yang shaleh. “Bersabarlah kamu bersama mereka yang senantiasa beribadah kepadaTuhannya.”(QS.18:28)
Perbanyaklah berzikir. “Berdzikirlah kalian kepada Allah sebanyak-banyaknya.”(QS.33:41)
Shalat sunnahlah dua raka’at dengan khusyu’. “Yaitu mereka yang mengerjakan shalatnya dengan khusyu’.”(QS.23:2)
Bacalah Al-Qur’an dengan merenungkan maknanya.”Apakah mereka tidak memperhatikan (kandungan makna) Al-Qur’an?”(QS.4:28)
Puasa sunnahlah pada musim panas yang terik. Dalam sebuah Hadits disebutkan: “Ia meninggalkan makan, minum dan nafsu birahinya karena aku.”
Bershadaqahlah dengan diam-diam Dalam Hadist disebutkan: ”Sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dibelanjakan oleh tangan kanannya.”
Berikanlah bantuan kepada sesama muslim yang berada dalam kesulitan. Rasulullah bersabda: ”Barang siapayang membebaskan seorang muslim dari suatu kesulitan antara kesulitan-kesulitan di dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan antara kesulitan-kesulitan yang terjadi pada hari kiamat.”
Berzuhudlah kepada duniawi yang fana. “Kehidupan alhirat itu jauh lebih baik dan lebih kekal.”(QS.87:17).