Bumi
berputar pada porosnya. Itulah fenomena natural yang tak terbantahkan serta banyak
hikmah yang dapat dipetik atas kejadian yang terjadi di permukaan bumi itu
sendiri. Keniscayaan bahwa suatu keadaan bisa berada pada puncak kesuksesan
pula dilain waktu akan datang masa pancaroba yang berkepanjangan yang terkadang
dapat menghasilkan bibit unggul dan membawa keadaan kembali berada di atas
awan.
Jika
kita gambarkan pada sebuah perputaran roda, mungkin banyak yang berargumen
bahwa Negara Amerika lah yang sedang berada pada posisi teratas. Namun posisi
tersebut lambat laun sedang menukik ke bawah seiring dengan kekuatan ekonomi
yang melemah, potensi sumber daya manusia yang menipis dikarenakan pemuda di
amerika tidak popular untuk menikah, mereka lebih senang hura-hura menikmati
masa mudanya dengan segala kebebasan. Jadi jangan heran jika melihat
remaja-remaja disana melakukan hubungan layaknya suami istri padahal belum
terikat janji suci, atau bahkan bercium mesra di depan umum, jika anda kepergok
melihat kelakuan tersebut dan melihat keheranan atas perbuatan mereka, mereka
akan kembali menatap anda dan bertanya “apa yang anda lihat..?? kalau anda
ingin, buat sendiri jangan menggangu orang lain..!! (kisah nyata). Akibat dari krisisnya
bibit-bibit baru maka diperkirakan beberapa puluh tahun kedepan yang tersisa di
amerika, eropa serta Australia hanyalah orang tua renta. Hal ini juga yang saya
amati langsung di Jepang.
Para
pakar memprediksikan bahwa kedepan yang akan menjadi Negara adikuasa adalah
Cina. Banyak calon P.hD asal Negara komunis ini sekarang berada dan menimba
ilmu di MIT, oxford, Harvard dan universitas-universitas terbaik dunia lainnya.
Tak kurang juga stok doctor dan enginer yang sudah berada di Cina dan mengembangkan
negaranya, terutama segi teknologi. Lihat saja sekarang produk teknologi sudah
di dominasi oleh barang “made in China”. Contohnya iphone yang tersaingi oleh
htc dengan androidnya, walaupun pabrikannya berada di Taiwan (Cina Taipei).
Sekarang sedang berlangsung pemilu di Taiwan yang dimana salah satu kandidat
presidennya memiliki visi-misi untuk kembali merapat ke Cina.
Prediksi
selanjutnya jatuh kepada India. Negara Shahrul khan ini sedang berkembang
dengan pesatnya, walaupun negaranya belum begitu canggih serta bersih layaknya
Negara maju, namun dari segi ilmu pengetahuan serta teknologi mereka sedikit
demi sedikit beranjak naik. Produk Bajaj sudah mulai masuk ke pasar otomotif
dunia. Penemuan terbaru dari researcher India pun telah diakui dan dipublikasikan
tingkat dunia. Prinsip kehidupan kebanyakan masyarakat intelektual India adalah
mereka tidak boleh menikmati sesuatu jika tidak bisa menciptakannya, layaknya
masyarakat Jepang yang menjadikan Negara sebagai Tuhan tempat mengabdi, jika
tidak berguna bagi Negara, maka saya useless, lebih baik saya hara-kiri (bunuh
diri).
Setelah
India diperkirakan yang memegang bola dunia berasal dari Asia tenggara, yaitu
Malaysia, singapura, Indonesia dan 8 negara lainnya. Namun, jika kita telisik
lebih dalam Negara yang proses demokrasinya paling bagus adalah Indonesia,
bahkan mengalahkan amerika yang katanya Negara paling demokratis. Dari sumber
daya alam juga Indonesia terdepan, mulai dari hasil bumi yang melimpah, tanah
yang subur sampai dengan ganja terbaik berasal dari Negara kepulauan ini.
Penduduk yang produktif, stok pemuda yang cukup signifikan merupakan aset
dimasa depan dimana 60 % dari jumlah penduduk Indonesia berada pada usia
produktif.
Indonesia
akan menjadi matahari terbit baru, yang mengontrol laju perekonomian,
menghadirkan perdamaian, yang memerdekakan Negara tertindas, mensejahterakan
masyarakat, dan menjadi Negara idaman penduduk dunia.
Penulis
dapat menyakinkan bahwa Indonesia maju adalah sebuah keniscayaan, yang menjadi
pertanyaan adalah dimana kita berada? Apakah menjadi aktor yang mewujudkan
kejayaan itu atau malah menjadi komentator yang berada diluar pentas. Jika
digambarkan kejayaan Indonesia sebagai sebuah bangunan, apakah kita akan
menjadi batu bata penopang bangunan tersebut, menjadi semen pengikat batu bata
yang ada, menjadi lampu penerang, menjadi atap yang meneduhkan atau malah menjadi debu beterbangan di luar
gedung, yang hanya dapat menatap semu atas kemegahan gedung tersebut.
Memang banyak permasalahan di negeri
ini yang begitu mengisakkan dada, pedih tiada tara serta sakit berkepanjangan,
namun selayaknya semua itu tak menyulutkan kerja keras kita untuk berjuang
meneriakkan kebenaran. Kekonsistenan kita dalam memihak kepada kebenaran tak
peduli apakah kebenaran itu terdapat pada mayoritas ataupun minoritas,
kebenaran tetap harus dibela. karena kepahlawanan orang-rang biasa, atau mereka
yang berjuang di jalan sunyi, selalu dibutuhkan disetiap waktu untuk
meneriakkan apa yang selama ini tak tersampaikan, untuk mengasihi mereka yang disepelelkan,
mencintai mereka yang dihinakan, mendidik mereka yang dibodohi dan untuk
bertarung merebut kembali hak-hak yang terampas, tertindas tergilas.
Namun semoga kita tidak terjerumus
hanya berkutat sebagai komentator, yang hanya meneriakkan namun lupa
mengaplikasikan, yang selalu mengkritik tapi antikritik, asik bermain di dunia
maya lupa dengan kenyataan. Karena sesungguhnya Indonesia ini tak bisa dibangun
dengan mulut, tapi dengan tangan, dengan tindakan nyata.
Kekonsistensian kita dalam belajar,
baik yang berada di IT yaitu Informasi Teknologi maupun Ilmu Tanah, baik yang
belajar di FK yaitu Fakultas Kedokteran maupun Fakultas Kelautan, semuanya
sama, sama-sama dibutuhkan oleh negeri ini. Fokus kita untuk menjadi
professional dalam bidang yang kita geluti sangat diperlukan, tak harus
semuanya beralih ke politik. Jika kita konsisten maka dengan bantuan Yang Maha
Kuasa kita akan eksis dalam ranah tersebut. Jika negeri ini konsisten memperbaiki
dirinya, niscaya kelak kita akan eksis dan disegani di tataran dunia.
Teruslah konsisten untuk Negeri…
“Beudoh beusare tapeujroh bangsa”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar