Memang pagi ini terasa beda, semangat dan kondisi badanku lebih baik. Aku berjalan bagaikan remaja gaul Taiwan yang berjalan dengan gaya yang ceria sambil mendengarkan music dari headset hpku. Memang suasana pagi ini tidak begitu menyengat karena jalanan basah dengan air hujan yang baru saja turun, tapi keringatku tetap bercucuran, maklum jalan kaki membuat badan ini suka mengeluarkan keringat, jadinya lebih sehat dan bugar.
Hari ini kami ditugaskan untuk mengedit skin dari MediaWiki, katanya butuh 2 minggu untuk mengeditnya, tetapi kami telah mengerjakan ¼ bagian dari tugas kami. Pada siang harinya, mataku terasa sangat berat, ingin sekali badan ini kurebahkan, sehingga aku tergiur untuk mengikuti gaya peneliti di kantorku, tidur pada saat jam kerja. Semoga bukan hanya gayanya saja yang aku tiru, tetapi otak cerdasnya juga tercopy (hehehe). Memang semalam aku telat tidur karena melewati hari yang melelahkan “tempaan dan pembinaan”, apalagi subuh disini cukup cepat yaitu jam 4 pagi, memang menyenangkan bisa bangun pagi ketika semuanya sedang terlelap dan banyak waktu luang untuk banyak agenda yang tertunda.
Karena tidur diatas meja kerja tidak nyaman aku memutuskan untuk pergi ke pustaka yang berada di lantai 2, pilihan yang tepat untuk tidur. Memang ally pernah berkata pada saat dia mengajak kami mengelilingi pustaka bahwa di sudut pustaka tersebut ada sofa yang pas untuk tiduran dan biasanya setiap siang ada saja yang tidur di sofa tersebut. Memang betul, ketika aku datang ke sofa tersebut aku melihat seseorang sedang tidur, sehingga aku mengambil sofa yang satunya lagi.
“taufiq, bangun, udah ashar” suara tersebutlah yang membuat mata ini kembali terjaga. Rupanya kawanku sengaja membangunkanku seperti yang kuamanahkan. Memang, tidur siang yang sangat nyaman dan aku siap untuk tantangan selanjutnya.
Setelah jam kerja selesai kami meminta izin kepada marr untuk pergi ke Taipower building untuk makan di restoran Duta Pertiwi lagi dan menemui kak neni di Taipe main station. Kawanku sudah beberapa hari ini tidak makan nasi, karena dia belum terbiasa dengan aroma khas makanan disini, jadi demi menjaga kesehatan kami melampiaskan kerinduan kami akan masakan Indonesia di restoran tersebut.
Dengan memegang erat peta MRT, kereta bawah tanah yang lajunya begitu kencang kami sampai di Taipower building station. Karena magrib sudah menjelang kami melanjutkan perjalanan ke mesjid kecil yang ada di samping Duta Pertiwi, Alhamdulillah masih terkejar jamaah magribnya. Setelah shalat magrib ada 2 mahasiswa S3 NTUST yang menyapaku, keduanya berasal dari ITS Surabaya, bang udin dan bang yunus. Aku banyak bertanya tentang keadaan ramadhan di mesjid tersebut, sesuatu yang sangat kurindu untuk kujalani.
Foto diatas menunjukkan bagaimana makanan kami malam itu, ya seperti ayam penyetlah di banda atau warungnya pak ulis lamnyong (hehehehe), ketika itu perasaan seperti di rumah dan terasi serta saus sambalnya menambah kelezatan sampai-sampai tak ada sebutir nasipun yang tersisa. Setelah makan aku kembali ke mesjid untuk shalat isya berjamaah, Alhamdulillah..
Setelah berbincang kecil dengan pemilik warung dan mahasiswa yang ada di duta pertiwi kami pamitan untuk pulang. Rupanya kak neni yang berjanji untuk bertemu di taipe main station tidak jadi datang karena meeting yang ia ikuti belum selesai, jadi kami langsung melanjutkan ke asrama kawanku. Semuanya berjalan lancar dan degub hati ini tidak berdetak kencang ketika perjalanan pulang, sepertinya kami sudah terbiasa dengan transportasi dan keadaan disini. Setelah mengantarkan kawanku, aku melanjutkan kembali perjalanan ke asramaku, kembali menggunakan gaya remaja Taiwan. Sesuatu yang kulewati dengan rasa syukur dan syukur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar