Penyalahartian
tentang permasalahan bangsa berasal dari agama adalah salah besar. Terutama
menyalahkan agama tersebut serta mengklaim bahwa suatu agama mengajarkan paham
terorisme dan penghancuran seperti yang disematkan kepada Islam. Islam
seharusnya menjadi agama pengabar gembira atau Rahmat bagi penghuni planet ini.
Jika seorang muslim melakukan kesalahan seperti korupsi atau kejahatan criminal
lainnya yang harus diperbaiki bukan agama Islam itu tetapi kapasitas si-muslim
dalam berislam.
Nah…
jika ingin membicarakan tentang permasalahan yang tengah melanda Indonesia
seharusnya tidak membawa isu agama karena itu akan menambah keruhnya
permasalahan. Jika kita ibaratkan tentang isu agama bagai sebuah kotak, maka
kotak tersebut akan bertambah besar jika disentuh dengan cara yang tidak wajar,
maka timbullah konflik antar agama.
Seyogyanya
permasalahan Indonesia sekarang harus kita fokuskan pada pundak pemuda yang
sedang membara, yang tingkah laku dan pola pikirnya menjadi teladan bagi masyarakat,
yang kiprahnya disegani oleh setiap orang, yang hatinya bersih dari niat
tercela serta kapasitas berfikir dapat membuat pendengarnya tercengang, dan
walaupun pemuda tersebut diam, diamnya berwibawa. Selayaknya selayaknya seorang
pemuda harus dan terus meningkatkan kapasitasnya dari hari kehari, masa kemasa.
Pembelajaran yang dilalui tidak harus berasal dari dalam kelas karena lebih
dari 60% hikmah maupun pembelajaran yang dapat membangun kepribadian dan
membentuk karakter justru ada dalam masyarakat.
Sehingga
ketika pemuda tersebut kelak menjadi pemimpin pemegang kekuasaan penting dalam
negeri ini atau dalam suasana sulit ia
tetap tegar dan teguh pendirian. Dan ia bersikukuh untuk berada pada pihak
kebenaran walaupun kebenaran itu berada pada pihak mayoritas maupun minoritas.
Itulah pemuda harapan bangsa, ia yang tidak memikirkan kesuksesan jangka pendek
saja, tetapi juga longterm menjadi target kepuasan walaupun ia memimpin hanya
beberapa periode. Hebatnya lagi pemikiran sang pemuda dapat bertahan lebih lama
dari umur pemuda itu sendiri.
Mari
kita kembali ke tema artikel ini yaitu pluralism. Sejauh pemahaman penulis dan
semoga pembaca sekalian mengkoreksi jika terdapat kesalahan, isu pluralism
adalah nama lain dari hembusan-hembusan pemikiran sesat yang coba disuntikkan.
Kita mengenal yang namanya perang pemikiran seperti di ungkapkan dalam kalam
Ilahi surat Al-Baqarah ayat 120 yang dengan jelas dan eksplisit menjelaskan
bahwa tidak akan rela non-muslim hingga kita mengikuti jejak mereka. Oleh sebab
itulah mereka melancarkan berbagai macam jurus jitu yang masuk akal untuk
menggoyang aqidah yang selama ini menjadi pondasi dalam keislaman kita.
Harapannya
kita semua memegang teguh apa yang menjadi pondasi landasan pemikiran kita,
karena itulah warna, jati diri, pribadi kita. Memang ada hal yang dapat
didiskusikan juga ada hal yang merupakan prinsip yang tak tergoyangkan. Saya
mengajak diri sendiri sendiri dan pembaca sekalian untuk sama-sama menggali
lebih dalam agama Islam. Mungkin bagi pembaca yang muslim dan masih mahasiswa
hendaknya ini merupakan waktu yang tepat untuk memperbaiki diri dan memperkaya
wawasan. So..jangan sampai rumah sendiri belum semua bagian kita bersihkan
tetapi hendak menjamah rumah tetangga, jika agama sendiri belum habis kita pelajari
, bagaimana hendak berdebat dengan agama lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar