Ini adalah salah satu penggalan
cerita dari pemateri luar biasa pada saat pelatihan Forum Indonesia Muda (FIM)
angkatan 11. Cerita ini sangat menggugah serta mengundang isak tangis para
pendengar saat itu, padahal sebelumnya semua pendengar fokus dan tidak menerka
ending dari kisah tersebut sangat menyentuh hati yang paling dalam, sehingga
meledaklah ekspresi dan mengalirlah air mata. Sengaja saya tuliskan disini agar
selalu terpatri di dalam sanubari dan tausiah diri, semoga pembaca dapat
mengambil hikmahnya serta menjadikan catatan pribadi dan kalau boleh di sebar
ke berbagai insan lainnya. Semoga bermanfaat.
Suatu sore yang kering dan hening
seorang pimpinan perusahaan terkenal merasakan suasana
hatinya yang begitu hambar. Tak tahu apa yang dikerjakan agar suasana hatinya
berubah. Dan ia mulai menerka apakah ini yang dimaksud dengan kekerasan hati,
kekosongan jiwa serta mati rasa, padahal ia dulu berada pada ekonomi yang
sangat rendah, di posisi yang di olok-olokan oleh sekitarnya. Dan sekarang ia
kaya-raya dengan mobil beserta penjaga dan rumah yang nyaman dan ia mulai
merenung.
Memang dulu ia seorang Office Boy
yang mengantarkan minuman, makanan serta keperluan lainnya kepada pegawai di
kantor tersebut. Bekerja bak pembantu diperusahaan tersebut tak membuat
semangatnya untuk terus belajar dan mengambil manfaat dari setiap kegiatan yang
dilaluinya, mulailah pemuda yang hanya lulus SMA ini beraksi. Jika ada seminar
atau pelatihan yang diadakan di perusahaan tersebut ia berdiri di samping pintu
masuk dan mencuri-curi dengar terhadap materi yang diberikan dan mencatatnya,
ketika pintu terbuka maka dengan sigap ia menoleh dan mendengar dengan lebih
jelas hingga pada saat bossnya melihat ia dipersilahkan masuk dan duduk manis di
kursi paling akhir.
Tak cukup dengan itu, jika ada
kesempatan disela-sela kerja sebagai OB, ia melihat kepada karyawan yang
pekerjaannya paling banyak dan mendekati karyawan tersebut seraya berkata “apa
yang bisa saya bantu..??” spontan sang karyawan terkejut dan memberikan
sebagian tugasnya kepada pemuda tersebut.
Hari berganti hari, posisi berganti
posisi, ia mulai menapaki karir yang lebih tinggi dengan kepiyawaiannya bak
pegawai normal lainnya, padahal ia hanya lulus SMA, tetapi karena sering
membantu mengerjakan tugas membuat ia tahu bagaimana menyelesaikan tugas kantor
terlebih dengan ditunjang materi-materi yang ia ikuti secara gratis. Akhirnya ia
ditempatkan di posisi paling tinggi di perusahaan tersebut yaitu vice president
(karena presidennya berada di kantor pusat di Negara yang berbeda). Di posisi
inilah ia merenung karena hatinya mulai kaku akan lingkungan sekitar, hambar
dan hampa.
Tiba-tiba kawan sekantornya menegur
dan mengembalikan kesadaran pemuda yang sudah mulai tua tersebut dari
lamunannya. Kawannya tersebut mengajaknya mengelilingi kota Jakarta. Hingga akhirnya
mereka berhenti pada sebuah panti asuhan dan istirahat sambil menunaikan shalat
ashar.
Sambil duduk-duduk di teras mesjid
panti asuhan tersebut tiba-tiba seorang anak datang menghampiri bapak tersebut,
berdiri menatap lama ke arah wajah sang bapak. Sang bapak yang mulai keheranan
bertanya kepada sang anak :
Bapak : siapa
namamu dik..??
Anak : anna om..
Bapak : anna
sudah makan?
Anak : sudah om…
Kemudian sang bapak terdiam berharap
Anna mengucapkan sesuatu, karena Anna-lah yang menghampiri bapak tersebut,
pasti ada sesuatu yang ingin disampaikan gumam sang bapak. Tapi menit terus
berlalu tapi anna tidak mengucapkan sepatah katapun, ia hanya terdiam menatap
sang bapak.
Bapak : kamu
sudah sekolah??
Anna : sudah om..
Kemudian keadaan
kembali hening..
Setelah beberapa
saat anna akhirnya bertanya..”om, anna boleh minta sesuatu ga?”
Sambil menunduk mendekati
mulut anna, sang bapak menjawab “boleh, kamu mau minta apa?”
Keadaan kembali
hening, seolah-olah anna malu mengatakannya..
Anna : boleh ga,
kalau anna minta om menjadi Ayah anna…???
Sambil menahan
air matanya sang bapak menjawab, “boleh..…” dan akhirnya anna tersenyum lebar.
Singkat cerita ketika
hendak pulang sang bapak ingin pamit kepada anak angkatnya, sambil menuju mobil
mewahnya ia berkata,
“Anna anakku,
ayah pulang dulu ya..” Anna menarik tangan Ayah barunya dan berkata, “ayah
bolehkah anna minta sesuatu lagi?”
Sang ayah kembali
menunduk dan menjawab, “boleh..silahkan. kamu mau minta apa?” kemudian keadaan
kembali hening tanpa suara kecuali angin di sore itu, sang bapak menyodorkan
dompet dan membuka isinya
“kamu mau uang,
silahkan ambil berapapun kamu mau ayah akan berikan” Anna diam tak bergeming
yang membuat sang bapak kembali keheranan. Kemudian muncullah pertanyaan yang
diluar dugaan dari bibir anna, yang membuat sang bapak kesal..
Anna : boleh
tidak anna minta foto Ayah, supaya anna bisa pamerin ke kawan-kawan besok di
sekolah bahwa anna punya seorang ayah…??
Bapak : Boleh..
diambilnya foto dan diserahkan kepada anak tersebut.
Dan anna
berlarian kegirangan berlalu dari hadapan sang bapak..
Akhirnya kehampaan hati, kekosongan
jiwa sang bapak pada sore itu terisi dengan keharuan bercampur kesenangan yang
ditorehkan sang anak, Anna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar