Untuk kedua
kalinya salah satu Negara bermata sipit datang ke Aceh untuk mempromosikan
pendidikan tinggi di Negara mereka. Ya.. Taiwan Higher Education Fair digelar
lagi di Aceh, tepatnya di kawasan kampus ternama di Aceh. Untuk kedua kalinya
mereka datang khusus dari Negara Formosa khusus ke Indonesia untuk mengundang
putra-putri terbaik bangsa untuk melanjutkan studinya di Taiwan. Sama seperti
tahun kemarin, para Taiwanese ini datang dengan membawa informasi lengkap
tentang universitas, gaya hidup, entertainment serta informasi berguna lainnya
yang tentu akan memperluas si calon penerima beasiswa ditambah dengan beberapa
souvenir unik dari masing-masing universitas dan daerah untuk menarik
pengunjung. Namun tahun ini ada sedikit perbedaan, ada plus dan minusnya.
Plusnya adalah kali ini mereka tidak hanya menawarkan informasi tentang
universitas dan beasiswa namun juga mereka langsung mengadakan test bagi calon
penerima beasiswa. Yang minusnya adalah universitas yang hadir menyusut sekitar
10 universitas dari tahun kemarin, bisa jadi disebabkan oleh banyak
faktor, ya…kita Cuma bisa berfikir
positif sob.
Terlepas
dari maksud dibalik layar, terlepas dari “tidak ada makan siang gratis” dan
maksud hati untuk berprasangka baik terhadap perbuatan baik yang dilakukan oleh
orang lain saya mewakili pribadi (sedapp.. gaya pidatonya sby nih)
mengancungkan dua jempol untuk pemerintah Taiwan yang sudi kiranya berangkat
dari Negara nan jauh di sana menghabiskan 4 jam perjalanan ke negeri
khatulistiwa khusus untuk mengundang putra-putri terbaik bangsa untuk
melanjutkan dan merajut mimpinya di Negara yang menggunakan bahasa mandarin
tersebut. Walaupun nantinya ada timbal balik dari pemerintah Indonesia atau
khususnya aceh untuk membalas budi tersebut. ya.. seperti yang saya sebutkan di
atas, namanya juga perbuatan baik, harus kita terima daripada susah-susah
memikirkan efek negatifnya yang membuat makin kusut pikiran di kepala, jadi
tambah tua, nambah banyak dosa, akhirnya masuk neraka, Astaghfirullah..!!
Pada
tahun kedua ini saya diberi kesempatan untuk menjadi pendamping stan National
Koahsiung First University of Science and Technology (NKFUST) mantap nama
universitasnya kan, panjangnya seperti kereta api. Pertama kali mendengar bahwa
saya ditugaskan di universitas ini saya langsung tersenyum, karena kota
Koahsiung pernah saya kunjungi setahun yang lalu, tepatnya di bulan September tanggal
17-19 tahun 2011. Kunjungan selama tiga hari tersebut dimaksudkan untuk
menghadiri sekaligus memenuhi undangan sebagai salah satu pembicara di
International Conference on Open Source (ICOS) di Koahsiung Medical University.
Kalau sobat-sobat membuka fb saya di daftar album anda bisa melihat foto-foto
saat saya menjadi pemateri di seminar internasional judul albumnya “invited
Speaker” (promosi dikit boleh kan, hehe).
Terkesan
banget dengan kota Koahsiung walaupun cuman bisa menghabiskan 3 hari
mengelilingi kota tersebut, namun cukup puas. Kebetulan hari pertama bertepatan
dengan hari jumat, jadi sebagai seorang muslim yang patuh saya harus mencari
mesjid, dengan bermodalkan peta dari google maps di hari itu saya berangkat
menggunakan MRT (mass rapid transit) mencari mesjid. Memang sangat mudah mencari
tempat di Taiwan, semuanya ada di maps dan tidak jauh berbeda apa yang ada di
peta dan di realita. Setelah shalat jumat kebetulan di samping mesjid ada resto
Indonesia, di Taiwan sangat susah untuk mencari resto Indonesia, makanya kalau
jumpa jadi senang banget bisa makan makanan indo sepuasnya dan harganya
lumayang terjangkau. Koahsiung juga terkenal dengan seafoodnya, karena tapologi
kota ini berada di pinggir laut dan mereka mengolah makanan laut dengan cara
yang cantik sehingga menggugah selera. Saya sendiri menyebut koahsiung sebagai
seoafood city, karena memang pada saat mengunjungi kota ini, saya menghabiskan
banyak seafood. Maknyuss..
Wah..
kok jadi ceritain tentang seafood nih, okelah mari kita kembali ke jalan yang
benar, kita lanjutkan ceritanya tentang pameran Taiwan di AAC Unsyiah
Darussalam. Yang menjadi partner saya dari universitas NKUST adalah May dan Shiau,
mereka berdua utusan langsung dari universitas tersebut dari bagian
international affairsnya. Shiau adalah seorang pria seperti kebanyakannya orang
Taiwan yang bahasa inggrisnya terpengaruhi oleh bahasa cina jadi harus di
dengar dengan seksama kalau dia lagi ngomong, kalau ga jadi ga nyambung. Yang menariknya
adalah si May, perempuan satu ini dialeg bahasa inggrisnya mantep banget, saya
sendiri sempat berkali-kali nanya ke dia, apakah dia benar2 orang Taiwan, atau
mungkin pernah tinggal di luar Taiwan selama beberapa tahun. May yang energik
ini rupanya asli orang koahsiung dan dia ga pernah tinggal di luar Taiwan, dia
belajar bahasa inggris di universitas di koahsiung. Kenapa saya sebutkan dia
sebagai wanita yang energik, karena mulai dari pembukaan pameran sekitar jam 9
sampai jam 4 sore dia tak henti-hentinya bercakap dan melayani pengunjung yang
pada saat itu shiau sudah Nampak kelelahan. Saya sendiri terus menemani dan
stan by untuk melayani pengunjung yang nanya2 tentang universitas ini. May juga
sering berbicara dengan saya menggunakan bahasa mandarin seolah-olah saya
Taiwanese. Pada saat may becakap dalam bahasa mandarin saya langsung memotong dan
berkata wo ting tetong (saya ga paham) dan may langsung tersenyum dan
mengulangnya dalam bahasa inggris.
Pengamatan
saya puncak pengunjung terjadi sekitar jam 10 sampai jam 12 pagi, dimana semua
pengunjung datang, bertanya kemudian mengambil souvenir yang ada, bahkan ada
pengunjung yang sengaja datang ke stan saya untuk mengincar souvenir yang ada (dasar
orang aceh), karena di stan saya ada souvenir menarik yaitu sumpit berikut
dengan tempat penyimpanannya. Mungkin kalau saya jadi pengunjung saya akan
melakukan hal yang sama.. hehe.
Setelah
mengunjungi Aceh, para rombongan dari Taiwan akan berangkat menuju jogja dan Surabaya
untuk menggelar pameran yang sama. Semoga semakin banyak putera-puteri terbaik
bangsa yang melanjutkan studinya di bumi Formosa Taiwan, sehingga bisa member warna
tersendiri bagi negeri ini dalam menata dan mengelola pribadinya. Sehingga semakin
banyak masyarakat yang berpendidikan, semakin cepat negeri ini berkembang dan
menjadi macan Asia sesungguhnya, Semoga..!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar