Semua
mahasiswa berlomba-lomba agar mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studinya
ke luar negeri, karena memang untuk melanjutkan studi membutuhkan dana yang
tidak sedikit, apalagi ke luar negeri, harus jual tanah dulu..hehe. Pak dekan
ku pernah menghitung-hitung katanya biaya yang dihabiskan untuk menempuh studi
master bisa mencapai 500 sampai 700 juta, kalau untuk Ph.D (bahasa keren untuk
S3) bisa mencapai 1 M, nah.. mau ngemis dimana biar dapat dana segitu..??
kredit di Adira (biasanya mahasiswa kalau beli laptop ambel kreditnya disini
nih..)..??
Nah..
pasti anda tergiur kan untuk dapat beasiswa, gimana gak, bayangin aja kalau
kuliah di Ausie masyarakatnya ramah banget, ausie tu terkenal dengan interaksi
sosialnya yang tinggi. Atau anda mau kuliah di mata sipit, baik jepang cina
atau korea?? Atau di Eropa, kalau kuliah di eropa udah belajar sama pakarnya
trus kita belajar di gedung-gedung tua, makanannya pun mengundang selera.
Beberapa hari ini aku baca buku success stori nya para penerima beasiswa
Erasmus Mundus, beuh.. iri banget rasanya.. Erasmus Mundus memberikan beasiswa
plus kesempatan jalan-jalan dan makan-makan. Bayangin aja, kita bisa kuliah
minimal di 2 negara di eropa, trus smua dananya di tanggung, bahkan ada yang bawa
keluarga lagi.. wah.. bisa honeymoon disana sekalian.
Tapi
apa sih niat anda sebenarnya untuk berjuang berdesak-desakan, rela begadang,
bahkan dana di korbankan untuk mendapat beasiswa..?? setelah diskusi sana-sini,
buka buku dan bertapa di gua, akhirnya aku menemukan beberapa alasan mereka
yang berjuang mencari uang untuk belajar di luar negeri, cekidot gan..
1.
Mencari
Ilmu
Inilah
alasan yang paling idealis, atau alasan untuk menutupi alasan kesenangan
lainnya. Biasanya kalau nanya ke mereka yang mencari beasiswa pasti jawaban
standarnya untuk meningkatkan kapasitas keilmuan, karena di Indonesia kurang
bagus pengajarnya atau fasilitasnya kurang, akses informasi yang serba cepat
serta kompetisi tingkat international membuat kita terpacu untuk menjadi yang
terbaik.
Tapi
untuk apa bersusah-susah keluar negeri untuk mencari ilmu, toh di Indonesia
kita bisa melakukannya, kita punya pakar di beberapa disiplin ilmu. Kalau itu
memang kurang akses informasi ke dunia global pun tak terbatas. Di kampus aku
bisa mencari referensi melalui internet kapan aja, bahkan aku bisa tidur
semalaman ga pulang-pulang sampe minggu depan (hehe.. blum pernah di coba).
Kecepatannya pun ga usah di tanya, smua nya bisa di download. Jika kebingungan
kita pun bisa meng-email professor yang ada di luar negeri atau gabung di
berbagai mailing list. Nah… apa sih yang menjadi niat anda?
2.
Membangun
karakter
Tinggal
di luar negeri dapat membangun karakter pribadi seseorang apalagi bagi mereka
yang suka tantangan. Tinggal di luar kampung halaman membuat kita untuk cepat
beradaptasi dengan lingkungan baru yang sama sekali tidak pernah kita kenal
sebelumnya, sehingga karakter pejuang, kekuatan bahkan rasa nasionalisme akan
terbentuk. Bagaimana saling membantu bahkan ikut dalam kegiatan social di lingkungan
sekitar kita tinggal, bergabung dan mengadakan kegiatan dalam komunitas
Indonesia, bahkan saling menyemangati satu sama lain.
Tapi,
apakah membangun karakter harus ke luar negeri..?? agar nasionalisme tumbuh
harus tinggal di kampung orang..?? padahal semuanya bisa kita lakukan di
Indonesia. Di negeri kita, organisasi tumbuh subur, bahkan setiap hari anda
bisa membuat organisasi yang berbeda. Jika ingin melakukan kegiatan social,
banyak daerah-daerah di Indonesia yang membutuhkan perhatian kita. Bahkan
sering tu anak-anak kedokteran baksos ke daerah-daerah, ikut aja mereka. Apakah
untuk membangun karakter niat anda..??
3.
Mengenal
keragaman budaya dan bahasa
Ini merupakan alasan yang menyenangkan, yaitu bisa
saling mengenal dan belajar kebudayaan dan bahasa masing-masing Negara. Karena
memang kita diciptakan berbeda-beda dan untuk itulah kita saling mengenal.
Kebudayaan Asia dengan tarian, bahasa dan makanannya jauh berbeda dengan Eropa.
Mereka makanan pokoknya bukan nasi, ada yang kentang, gandum atau roti. Jika
Ausie ahlinya dalam bidang anggur atau stroberi eropa ahlinya susu, keju, dan
buah-buahan yang lainnya. Kota-kota di eropa pun menyimpan banyak sejarah,
seperti roma, paris atau berlin. Kebiasaan masyarakatnya pun berbeda, ada yang
suka bola, ada yang ramah ada yang bicaranya keras-keras, terus terang atau
bahkan ada yang suka mabuk-mabukan, hehe
Pertanyaan lagi nih, apa ini tujuan anda, untuk
belajar kebudayaan orang lain, padahal budaya kita paling rame dan meriah,
kalau bahasa jangan di Tanya, di aceh aja ada lebih dari 20 bahasa daerah. Soal
makanan yang paling penting, setelah diskusi dengan para alumni yang pulang
dari luar negeri mereka pada setuju bahwa makanan Indonesia khususnya Aceh lah
yang paling sedap, bumbunya yang lengkap, rasannya yang menggoyang lidah serta
harga yang terjangkau, so.. apa niat anda..??
4.
Jalan-jalan
Memanjakan
mata merupakan hal yang paling dicari oleh setiap mahasiswa yang menempuh
pendidikan luar negeri. Setelah penat dengan tugas kampus, ujian bertubi-tubi, serta
nilai yang memuaskan saatnya mengelilingi kota dan mencari buah tangan untuk
keluarga di kampung halaman. Cepret sana-sini dan merasakan transportasi
canggih.
Jika
ini memang yang menjadi niat anda, coba katakan keindahan pantai yang
mengalahkan pantai yang ada di Indonesia, kalau kita ngomong Aceh nih, lebih
indah lagi pantainya, coba dengar pengalaman mereka tentang sabang, keindahan
dan keremajaannya yang sering mereka sebut dengan “lost in Paradise”. Saya
memang belum pernah mengunjungi pantai di Aceh selatan, Simelue atau pulau
banyak yang melimpah dengan aneka potensi lautnya. Tapi dari fotonya saja sudah
membuktikan keindahan yang tak tergantikan. Bagunan rumah tradisional aceh yang
arsitekturnya mengagumkan, peninggalan masa peperangan di Aceh, bahkan sekarang
ada situs-situs Tsunami.
Itulah
beberapa tujuan semu para knowledge seeker yang hanya akan bertahan di dunia,
bahkan banyak yang didapat hanya sekadar kelelahan dan letih. Tapi saya
teringat kata-katanya Danang P, yang di tulis di blognya, yang bulat-bulat saya
copas ke artikel ini. Semoga menjadi renungan…
“Akhi... bumi itu luas dan lautan itu dalam, namun jauh lebih
luas dan dalam lagi ilmu Allah. Maka jangan pikirkan dimana engkau akan
menuntut ilmu, tapi atas niat apa engkau menuntut ilmu itu. Menuntut ilmu itu
bukan masalah di luar negeri atau tidak, di universitas bergengsi atau bukan...
apalagi karena ingin jalan-jalan... tapi bagaimana dengan ilmu yang antum
miliki nantinya antum bermanfaat bagi orang banyak, bagi negara ini, dan bagi
dakwah akhi. Sudah banyak contohnya bukan, sosok-sosok luar biasa yang mampu
menggoreskan sejarah dunia secara gilang gemilang meski mereka bukan lulusan
universitas ternama. Bahkan Tafsir Fii Zilalil Qur’an-nya Sayid Quthb yang
mahsyur itu, atau Tafsir Al Azhar-nya Hamka yang terkenal itu dilahirkan saat
mereka berada dalam tahanan penjara, yang kalau secara logika tentunya akan
sangat sulit mendapatkan referensi dari dunia luar. Tapi antum jangan lupa
akhi... bahwa ilmu itu milik Allah. Ia-lah referensi terbaik. …Maka niatkanlah
karena Allah. Insya Allah, Allah akan memudahkan bagi antum hal-hal yang bahkan
tak akan pernah antum bayangkan bisa antum lakukan...”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar